Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

(REVIEW) Gundala: Bicara Patriot dan Gerbang Pembuka Jagat Bumilangit

Film Gundala merupakan adaptasi dari komik Gundala Putra Petir karya Harya Suraminata (Hasmi) yang rilis pada 1969.

Film ini menjadi pintu yang membuka garis waktu perjalanan para pahlawan lokal yang dikenal dengan sebutan Jagad Sinema Bumilangit (JSB).

Kisah Gundala bermula dari masa kecil Sancaka harus kehilangan kedua orangtuanya. Ayahnya tewas karena harus membela hak-hak buruh dan ibunya harus pergi untuk membiayai hidup Sancaka kecil.

Sancaka kecil yang berjuang bertahan hidup juga harus mengalami dilema besar. Ia dihadapkan dalam sebuah pilihan hidup untuk menuju masa depan.

Seperti yang Joko bilang beberapa waktu lalu, ia ingin membuat Gundala berbeda dari versi komiknya.

Kejadian itu diungkapkan oleh Gundala dalam film lewat sebuah pertemuan antara Sancaka dengan pasangan suami-istri.

"Bagaimana jika Sancaka keluar dari mobil itu. Originnya, orangtuanya pekerja pabrik dan aktivis. (Sancaka) diadopsi orang kaya dan jadi insinyur," kata Joko dalam wawancara.

Sementara itu, Pengkor (Bront Palarae) tumbuh menjadi mafia besar dan sadis. Hal itu tidak lepas dari masa kelamnya masa kecil Pengkor.

Ia juga memiliki pengikut dengan masing-masing punya spesialis khusus. Pengkor ingin mengubah tatanan pemerintahan. Kekacauan Pengkor membawa dunia Gundala pada rasa ketidakadilan dan keresahan.

Di sisi lain, Sancaka tumbuh besar. Sancaka (Abimana Aryasatya) pada suatu malam disambar kilatan petir yang mengubahnya menjadi sakti dengan nama Gundala. Padahal saat kecil, Sancaka traumatik terhadap petir.

Sambaran itu memberikan kekuatan kepada Sancaka, yang saat itu dipenuhi keresahan atas realita hidup yang penuh dengan ketidakadilan. Gundala pun muncul sebagai sosok pahlawan yang membela kebenaran.

Menariknya pula, Joko berhasil membuka banyak ruang Jagat Sinema Bumilangit (JSB) dengan cermat.

Tanpa mengurangi esensi cerita, Joko memasukkan karakter-karakter kunci yang nantinya akan berkembang dalam garis waktu perjalanan JSB.

Selain Gundala, JSB memproyeksikan sampai 2025 akan ada tujuh film yang digarap. Film tersebut adalah Sri Asih, Godam dan Tira, Si Buta dari Gua Hantu, Patriot Taruna, Mandala, Gundala Putra Petir, dan Patriot.

Tampil dengan minim CGI, skoring musik juga jadi kekuatan utama dalam Gundala. Gundala bisa dibilang sebagai film pertama Indonesia yang menggunakan tata suara Dolby Atmos.

"Gundala butuh tata suara yang canggih. Kami ingin orang masuk ke dunia ini. Suara adalah elemen yang paling penting," kata Joko kala itu.

Meski minim teknologi CGI, Gundala bisa dibilang tidak kalah keren dengan cerita-cerita superhero Hollywood dari Marvel dan DC.

Singkat cerita, Gundala cukup memuaskan sebagai pembuka dari para jagoan Jagat Sinema Bumilangit (JSB).

Setiap penonton akan merasa penasaran, penasaran, dan penasaran menunggu kelanjutan ceritanya.

https://entertainment.kompas.com/read/2019/08/29/200532710/review-gundala-bicara-patriot-dan-gerbang-pembuka-jagat-bumilangit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke