Pendekar adalah sebutan untuk para fans mereka.
Ketika keluar dari panggung, grup yang terdiri dari Danang Joedodarmo (gitar, vokal), Dita Permatas (akordeon, kibor, vokal), Gusti Arirang (bas, vokal), Mahesa Santoso (drum), dan Sasi Kirono (gitar, vokal) itu langsung disambut Pendekar yang membawakan kue.
"Happy birthday to you, happy birthday to you...," seru para Pendekar sambil membawa kue dengan lilin yang menyala.
"Sengaja bawa kue dari Jogja. Kuenya dibentuk ada 5 personel Tahsoora," ujar Wahyu, salah satu Pendekar dari Yogyakarta.
Wahyu datang ke Balkonjazz bersama puluhan Pendekar Yogyakarta.
Ia mengaku menggemari musik-musik Tashoora karena mengangkat isu sosial pada setiap liriknya.
Vokalis dan gitaris Tashoora, Danang mengatakan, mereka bisa tetap eksis hingga saat ini tentunya juga karena dukungan para Pendekar.
"Nomor satu ya karena dukungan. Kalau kita lagi capek bermusik, kita selalu ingat saja ada orang yang support kita, suka sama karya-karya kita," kata Danang.
Salah satu bentuk dukungan itu saat Tashoora kerap menerima (direct message) di media sosial dari para penggemar.
"Kadang ada yang dm (direct message) jam 23.00-00.00 malam tanya dm 'mas kapan rilis single lagi?' atau 'Makasih ya sudah menyuarakan ini'. Itu yang jadi pengingat kita, energi kita jalan terus, " lanjut Danang.
Tashoora dikenal selalu menyuarakan masalah sosial di sekitarnya melalui musik. Lagu-lagu Tashoora berisi keresahan maupun kritik terhadap isu sosial.
Salah satunya adalah lagu berjudul Agni yang dibuat karena keresahan atas masalah pelecehan seksual di kampus.
Kemudian "Nista” dibuat Tashoora karena kegelisahan munculnya konflik SARA.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/09/15/102837810/kejutan-para-pendekar-untuk-tashoora-di-balkonjazz-festival-2019