Penyelenggara menyebutnya sebagai green movement. Oleh karena itu tema yang mereka usung adalah "Memanusiakan Alam Mengalamikan Manusia".
Menurut Festival Director Synchronize Fest David Karto, konsep ditujukan agar acara ini bisa menjadi langkah awal menjaga lingkungan.
"Konsep (ramah lingkungan) itu kami bicarakan dengan teman-teman. Bagaimana Synchronize lebih dalam menjalankan peran dalam sebuah festival kepada ekosistem dan lingkungan lebih luas melihat," ucap David dalam jumpa pers di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (25/9/2019).
Kata David, konsep ini tidaklah mudah karena baru kali pertama diterapkan.
Ia pun berharap, gerakan ini bisa memberi dampak positif yang luas.
"Konsep itu menjadi salah satu pegerakan kami tahun ini bagaimana Synchronize memberikan hal berbeda kepada industri musik dan hasilnya diharapkan lebih baik ke depan," ucapnya.
Salah satu langkah yang akan dilakukan untuk menerapkan konsep tersebut adalah dengan menggunakan sumber listrik bukan dari genset.
Selain itu, merekomendasikan penggunaan tumbler, memberdayakan barang-barang daur ulang sehingga bisa dipakai kembali.
Sebelumnya, Synchronize lebih dulu mengumumkan ratusan penampil yang terbagi dalam empat fase, di mana banyak kejutan telah diberikan oleh penyelenggara.
Kejutan itu, misalnya nostalgia band Emo Tanah Air yang siap menjadi penyegar sekaligus nostalgia para penikmat musik era 2000an tersebut, seperti Killed By Butterfly, Alone At Last Too Late To Notice, dan Jakarta Flames.
Ada pula penampilan perdana Didi Kempot yang kini dijuluki The Godfather of Broken Heart oleh kalangan milenial. Selain itu, ada NOAH, Club 80s Reunion, dan masih banyak lainnya.
Total, ada 131 penampil dari lintas genre, mulai dari dangdut hingga Emo hadir di Synchronize Fest 2019.
Hari pertama diisi oleh 33 penampil, hari kedua diisi 51 penampil, dan hari ketiga diisi 45 penampil.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/09/26/070200910/synchronize-fest-2019-usung-konsep-ramah-lingkungan