Banyak kemeriahan tersaji dalam konser bertajuk Lukas Graham The Purple Asian Tour – Live in Jakarta 2019 yang digelar di The Hall Kasablanka, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (1/10/2019) malam itu.
Penampilan dimulai oleh penyanyi Gisella Anastasia yang tampil sebagai opening act. Ia lebih dulu mengawali penampilan dengan memimpin sekaligus menyanyikan lagu "Indonesia Raya".
"Oke sebelum kita mulai, kita nyanyikan dulu lagu 'Indonesia Raya' bersama Gisel," ucap pemandu acara.
Meski tak menampakkan batang hidungnya ke atas panggung, seluruh penonton tetap menikmati suara merdu Gisel menyanyikan lagu kebangsaan tersebut. Ratusan penonton yang hadir terlihat mengikuti dengan khidmat.
Pengalaman ini merupakan yang pertama bagi Gisel tampil sebagai opening act artis internasional.
Terlepas dari itu, Gisel membuka penampilan dengan lagu "Inikah Cinta" milik ME. Ibu satu anak tersebut terlihat anggun dalam balutan gaun putih.
"Inikah rasanya cinta pada pandangan pertama kayak waktu sama dia, ember...," ucap Gisel usai menyanyikan lagu pertama yang langsung disambut tawa penonton.
"Terima kasih buat promotor sudah undang saya," tambahnya.
Kejutan dari Gisel
Setelah itu, Gisel melanjutkan penampilan dengan lagu "Yang Kumau" milik Krisdayanti.
Ketika membawakan lagu ketiga sekaligus terakhir, Gisel memberikan kejutan kepada penonton.
Di tengah lagu "Cara Lupakanmu" miliknya sendiri, secara mengejutkan tiba-tiba putrinya, Gempita Nora atau Gempi, naik ke atas panggung dan turut bernyanyi bersama Gisel.
Ratusan penonton pun terkejut dan berteriak riuh. Sesekali Gisel tampak menyodorkan mikrofonnya kepada Gempi.
Meski terbata-bata, Gempi tetap antusias menyanyikan lagu Ibunya tersebut.
Lukas Graham dan batik
Pucuk dicinta ulam pun tiba, Lukas Graham yang dinanti-nanti akhirnya naik ke atas panggung dan langsung memantik animo penonton.
Band pelantun "7 Years" ini tampil berbeda dalam menyapa penggemarnya di Indonesia.
Lukas Forchhammer sang vokalis tampil mengenakan pakaian khas Indonesia, yakni batik bermotif garuda.
Hal itu ia lakukan saat menyanyikan lagu pertama berjudul "Hold My Hand".
Aksi Lukas Forchhammer dan kawan-kawan sepertinya sangat dinanti oleh para penggemarnya. Terbukti, di lagu pertama para penonton berdiri dari kursinya dan bergoyang mengikuti irama musik.
Setelah itu, lagu "Take The World By Storm" dipilih menjadi lagu kedua untuk dibawakan.
Animo ratusan penonton pun semakin terbakar untuk bergoyang menikmati sajian musik Lukas Graham.
Lagu "Drunk in The Morning" menjadi lagu ketiga dalam repertoar mereka. Sambil mengenakan batik dan topi snapback, Lukas bergerak ke sudut-sudut panggung menyapa para penggemarnya.
Cuhat soal keluarga
Setelah itu, disela-sela penampilannya, Lukas Forchhammer sempat bercerita tentang keluarga kepada ratusan penonton.
"Keluarga jadi inspirasi untuk banyak lagu saya. Saya dulu tinggal di lingkungan sederhana," ucap Lukas usai membawakan lagu ke-8 berjudul "Unhappy".
"Tapi saya dibesarkan di keluarga penuh cinta," ujarnya lagi.
Dari rasa cinta itu, kata Lukas, kini ia memiliki banyak hal yang tak ia dapatkan sebelumnya, termasuk materi.
"Sekarang saya punya materi dan bisa berkeliling dunia. Saya harap bisa ajarkan itu ke anak-anak saya," ucap Forchhammer yang disambut tepuk tangan.
"Saya punya ayah dan ibu penyayang. Punya kakak perempuan yang mengagumkan sekaligus menyebalkan," sambungnya.
Usai bercerita soal keluarga, Forchhammer pun melanjutkan penampilan dengan membawakan lagu "Happy Home".
Penonton pun kembali berjingkrak menikmati alunan musiknya.
Bendera persaudaraan
Usai membawakan lagu ke-10 berjudul "Not A Damn Thing Changed", Lukas Forchhammer selaku vokalis membentangkan sebuah bendera berwarna merah dengan tiga titik berwarna kuning di dalamnya.
Ternyata, bendera tersebut adalah bendera dari sebuah daerah di Denmark bernama Freetown Christiania.
Kota tersebut merupakan salah satu tempat asal personel Lukas Graham yang terdiri dari vokalis Lukas Forchhammer, drummer Mark Falgren, dan bassis Magnus Larsson.
"Bendera neighborhood (persaudaraan). Kami membagi semua terhadap orang-orang terdekat. Kedekatan itu sangat spesial," ucap Graham.
Bagi Forchhammer dan kawan-kawan, bendera itu memiliki makna lebih dari sekadar persaudaraan.
"Susah menjelaskannya. Ketika kamu dibesarkan dengan cara sederhana, saling berbagi adalah kebiasaan sosial," ucap Forchhammer.
"Sekarang saya membeli rumah besar. Saya berusaha memberi makan lebih banyak orang. Lagu ini tentang memberi lebih banyak lagi. Kita harus memberi lebih," sambung Forchhammer yang disambut riuh penonton.
Setelah itu, Lukas Graham membawakan lagu berikutnya berjudul "Redemption Song".
Ditutup dengan apik
Salah satu hal yang disenangi, Lukas Forchhammer dan kawan-kawan adalah ketika dirinya mendapat sebuah kenang-kenangan berupa batik.
Pada awal penampilan, Forchhammer juga sempat mengenakan batik bermotif garuda.
Hal tersebut disampaikan Forchhammer usai penonton berteriak meminta mereka tampil kembali membawakan satu lagu terakhir sesuai permintaan ratusan penonton.
"Terima kasih bajunya omong-omong, istri aku mengeluh bajuku sama terus. Biru,hitam, abu-abu. Sekarang aku punya yang baru," ucap Forchhammer berterima kasih.
Ia mengaku akan menceritakan pada istrinya ihwal pemberian batik saat konser di Indonesia.
"Aku akan bilang, jadi terima kasih sudah membuat baju handmade ini. Aku akan senang membawa batik ini pulang. Baju ini sangat spesial," imbuh Forchhammer.
Setelah itu, Lukas Graham pun kembali membawakan satu lagu terakhir berjudul "7 Years" sekaligus menutup penampilan mereka.
Lagu ini merupakan lagu pamungkas milik Lukas Graham yang juga telah mengantarkan Lukas Graham masuk nominasi Grammy Awards 2017.
Total, sebanyak 18 lagu dibawakan Lukas Graham untuk menghibur penggemarnya di Indonesia.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/10/02/124820910/keseruan-konser-perdana-lukas-graham-di-indonesia-pakai-batik-hingga