Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

REVIEW: Joker yang Mengaduk-aduk Emosi

Lewat film solonya, Joker mengupas lebih dalam sosok Arthur Fleck yang kemudian menjadi musuh bebuyutan Bruce Wayne alias Batman.

Arthur Fleck alias Joker yang diperankan oleh aktor Joaquin Phoenix dikisahkan sebagai seorang komedian tunggal panggilan.

Pekerjaan Arthur Fleck yang menghibur bertolak belakang dengan kehidupan pribadinya yang jauh dari kata bahagia.

Ia hidup sebagai warga kelas bawah di Kota Gotham. Kesenjangan sosial, antara si kaya dan si miskin, di kota tersebut amat kentara.

Sayangnya, karier Arthur Fleck sebagai komedian tunggal tidak beruntung. Profesinya kerap dikucilkan dan dilecehkan oleh sebagian orang.

Arthur Fleck juga melakukan berbagai kesalahan sehingga membuat kariernya semakin suram. Bahkan, Arthur Fleck mengalami berbagai kekerasan fisik dari segerombolan anak-anak jalanan.

Arthur tak punya teman yang ia percayai. Hanya ibunya, Penny Fleck (Frances Conroy), satu-satunya orang yang ia sayangi. Namun sayangnya, Arthur Fleck juga mengalami serangkaian masalah dengan ibunya.

Di sisi lain, Arthur Fleck mengalami masalah kejiwaannya berupa tawa patologi. Ia kerap tertawa tiba-tiba dalam situasi apa pun hingga membuat orang-orang di sekitar menjadi salah kaprah.

Suatu ketika, Arthur Fleck mengalami sebuah insiden buruk dalam hidupnya. Insiden tersebut mengubah pemikiran Arthur Fleck hingga menjadi pria yang bengis.

Arthur Fleck pun mengubah namanya dan ingin dipanggil dengan nama Joker.

Berdurasi 2 jam 2 menit, film Joker menampilkan rasa drama yang mengaduk-aduk emosional ketimbang adegan aksi tembak-tembakan dan pertarungan bak film-film superhero.

Phoenix bermain sempurna sebagai joker. Phoenix menjadi sosok sentral yang membawa alur emosional naik dan turun seperti roller coaster.

Tak salah jika Phoenix dianggap unggul dibandingkan pemeran-pemeran Joker sebelumnya, seperti Jack Nicholson, Heath Ledger, dan Jared Leto.

Saat Joker tertawa, penonton bakal merasakan kengerian. Sedangkan saat Joker bersedih dan marah, nuansa mencekam bakal menyelimuti penonton.

Pada dasarnya, tidak ada orang yang lahir menjadi penjahat meskipun kejahatan tidak dibenarkan.

Joker lahir karena lingkungan dan sistem pemerintahan Kota Gotham yang tanpa disadari melahirkan orang-orang yang jahat.

Di lain sisi, sutradara Todd menggambarkan bahwa Joker tidak sepenuhnya jahat. Bagi masyarakat kelas bawah, Joker malah disebut sebagai pahlawan.

Peringatan!

Film Joker ini bukanlah untuk penonton anak-anak, meski merupakan karakter antihero dalam komik superhero DC.

Dilansir dari situs web Lembaga Sensor Film (LSF), lsf.go.id, layar lebar Joker versi terbaru tersebut diklasifikasikan untuk penonton umur 17 tahun ke atas.

Di Amerika pun begitu. Motion Picture Association of America (MPAA) memberi status rating R atau Restricted (terbatas) atau rated R kepada film Joker. Artinya, hanya boleh ditonton oleh penonton yang berusia 17 tahun ke atas.

Apa yang menjadikan sebuah film mendapatkan klasifikasi penonton dewasa atau R-rated?

"Kekerasan berdarah-darah, perilaku yang mengganggu, bahasa, dan gambaran seksual singkat".

https://entertainment.kompas.com/read/2019/10/04/115714310/review-joker-yang-mengaduk-aduk-emosi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke