Dalam video tersebut Marshanda tampil meluapkan kemarahannya terhadap teman-teman sekolahnya sambil bernyanyi dan berjoget.
Dalam video tersebut Marshanda berulang kali menunjukkan mimik wajah yang berbeda-beda. Mulai dari tertawa, sedih, hingga menangis.
Saat itu masyarakat menyebut wanita yang kerap disapa Caca tersebut tengah mengalami depresi dan gangguan mental.
Namun kondisi Marshanda berangsur pulih. Apalagi setelah ia menikah dengan aktor Ben Kasyafani hingga dikaruniai seorang putri cantik, Sienna Ameerah Kasyafani.
Sayangnya setelah sekitar 3 tahun menikah, rumah tangga Marshanda dan Ben dikabarkan retak.
Seiring berembusnya kabar keretakan rumah tanggan itu, kabar perseteruan antara Marshanda dan ibundanya, Riyanti Sofyan, juga mencuat.
Marshanda dikabarkan dipaksa menjalani terapi kesehatan mental dengan metode pemasungan oleh sang ibunda.
Karena kasus ini Marshanda bahkan melaporkan sang ibunda ke pihak polisian dan Komnas HAM.
Sejak saat itu kehidupan pribadi Marshanda terus menjadi sorotan.
Didiagnosis Bipolar
Pada tahun 2009 Marshanda didiagnosis mengidap gangguan mental bipolar.
Bipolar merupakan gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati mulai dari posisi terendah depresif hingga tertekan ke posisi tertinggi atau manik.
Marshanda mengaku saat itu tak mau menerima kenyataan bahwa ia punya penyakit mental.
Butuh waktu hingga 4 tahun bagi Marshanda hingga akhirnya mau mengakui ia memiliki bipolar.
Pada masa penolakan itu, Marshanda sering absen pergi ke dokter jiwa.
Padahal, ketika sudah mendapat diagnosis, ia harus rutin kontrol ke dokter sebulan sekali atau dua minggu sekali dan rutin mengkonsumsi obat agar kondisinya stabil.
Marshanda tak menyangka didiagnosis bipolar karena selama ini ia merasa baik-baik saja.
Sampai akhirnya Marhanda bisa menerima kenyataan itu. Ia rajin kontrol ke psikiater sehingga gangguan bipolar yang dialaminya bisa terus stabil.
Melawan stigma
Dalam kanal YouTube pribadinya, MARSHED, Marshanda menceritakan pengalaman pribadinya melawan stigma masyarakat untuk sembuh dari penyakit mental.
Ia mengatakan, stigma buruk masyarakat terhadap orang dengan gangguan mental seperti dirinya membuat kondisinya lebih buruk.
Menurut dia, sebagian masyarakat Indonesia menilai negatif orang yang datang ke klinik terapis jiwa.
Padahal, kata Marshanda, di negara maju seperti di Eropa dan Amerika Serikat, seseorang pergi mendatangi terapis jiwa adalah hal yang wajar.
"Kalau di sini tuh masih banyak stigma. Masih banyak yang anggap, 'Ih lo kenapa, lo bermasalah ya, ih lo sakit, gila, atau apa'. Padahal itu sesuatu yang semua manusia tuh butuh," ujarnya dalam video tersebut.
Ia berharap melalui pengalamannya masyarakat Indonesia lebih paham pentingnya dukungan moril untuk orang-orang yang mengalami gangguan mental.
Marshanda berharap, dengan demikian para penderita gangguan mental akan lebih cepat pulih dan tak terjerumus ke dalam kondisi yang lebih buruk.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/10/13/093348910/perjuangan-marshanda-melawan-bipolar-dan-stigma-buruk-masyarakat