BPD menepis diagnosis yang Ariel ketahui sejak usia 13 tahun. Saat itu, Ariel pernah dinilai memiliki gangguan jiwa bipolar hingga trauma past life.
Gangguan mental yang dialami Ariel sempat membuatnya ingin bunuh diri.
Berikut ini rangkuman cerita Ariel Tatum tentang gangguan mental
1. Awal mula gejala hingga ingin bunuh diri
Ariel mengungkapkan gejala-gejala yang dialaminya dari gangguan jiwa tersebut.
"Mulainya karena menurut aku sudah mulai enggak wajar. Kayak aku enggak bisa tidur, mengganggu produktivitas," kata Ariel di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (19/10/2019).
Ariel pun mengungkapkan kejadian-kejadian tidak wajar yang dialaminya.
"Yang paling parah percobaan bunuh diri sih pastinya. Terus sama melukai diri sendiri. Menurut aku sudah enggak wajar, ya, karena aku pun enggak sadar akan hal itu," kata Ariel.
Menurut dia, keinginan untuk bunuh diri tidak hanya sekali, tapi berulang-ulang kali.
Yang pertama saat ia berusia 13 tahun. Yang terakhir adalah dua tahun lalu atau pada 2017 lalu.
"Banyak faktor. Tapi faktornya lebih ke personal sih. Jadi yang mau aku tekankan lebih ke ‘ayo, kita semua pasti punya luka yang belum selesai, jadi ayo diselesaikan'," kata Ariel.
2. Reaksi ibunda Ariel Tatum
Ariel berujar, ibunya adalah orang yang kali pertama mengetahui percobaan bunuh dirinya.
"Orang pertama yang tahu itu mama aku. Mama aku kaget karena enggak nyangka," kata Ariel di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (19/10/2019).
Ariel mengaku selalu ceria sehingga sang ibunda tak pernah menyangka.
"Aku orangnya enggak seperti itu, selalu ceria, heboh banget. Makanya kita jangan judge orang sembarang," sambung Ariel.
Ariel menuturkan, ia tidak menuntut orang untuk mengerti perasaannya. Sebab ia yang mengidap BPD juga tidak mengetahui apa yang dialami dan dirasakannya.
"Aku orangnya tertutup masalah itu, sampai akhirnya orangtua tahu," kata Ariel.
3. Mencari tenaga ahli
Ariel Tatum sudah menyadari dirinya memiliki gangguan mental sejak berusia dini.
Akhirnya, Ariel berobat ke psikiater.
"Jadi akhirnya aku memutuskan untuk mencari bantuan profesional," sambung dia.
Bahkan, Ariel Tatum berjuang sendiri mencari-cari psikolog untuk berkonsultasi.
"Untuk pertama kalinya aku cari psikolog untuk diriku sendiri usia 13 tahun, ngumpet-ngumpet dari orang tua. Ada uang jajan sendiri, jadi aku tahu ada saving money, sudah cari tahu cari klinik langsung," ujar Ariel Tatum dalam seminar Let's End The Shame, di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (19/10/2019).
Hingga akhirnya Ariel Tatum menemukan dokter yang benar-benar ahli mengatasi kesehatan mentalnya.
4. Peran keluarga
Ariel Tatum mengatakan, peran keluarga dan sahabat menjadi salah satu faktor yang membuatnya kuat.
Namun, di balik itu, yang paling berpengaruh besar akan proses terapi penyakit Borderline Personality Disorder (BPD) atau kepribadian ambang akut adalah diri sendiri.
"Seribu orang yang ngomong 'eh jangan sedih, jangan ini itu', semua itu kita butuh. Cuma satu-satunya yang bisa mengubah diri kita adalah diri sendiri," kata Ariel.
5. Ariel Tatum berbagi cerita
Ariel Tatum mengungkapkan alasannya berbagi cerita tentang pengalamannya itu kepada publik.
"Karena di satu sisi, aku bangga melihat perubahan generasi aku sekarang lebih terbuka bahas tentang kesehatan mentalnya," ucap Ariel.
"Aku tersentuh untuk, kayaknya sudah saatnya cerita what I've been through, pengalaman aku sendiri, and do something about it," lanjutnya.
Lewat pengalaman dengan berbagi cerita, Ariel juga membantu masyarakat Indonesia yang juga mengalami masalah gangguan mental.
"Aku ingin membantu masyarakat Indonesia mematahkan stigma itu sendiri di mana ngomongin kesehatan mental itu apaan sih?" kata Ariel Tatum.
"Kayak enggak nyaman banget, tabu banget. Makanya aku di sini gelar Let's End the Shame. Ayo kita sudahi rasa malu untuk membahas kesehatan mental kita semua," ujar Ariel Tatum.
https://entertainment.kompas.com/read/2019/10/21/110034410/5-cerita-ariel-tatum-tentang-borderline-personality-disorder-apa