Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Coming Home with Leila Chudori: Kesehatan Mental Seniman di Mata Nova Riyanti Yusuf

Adegan ini adalah bagian yang pendek dari film "The Hour" (Stephen Daldry, 2002) yang masih melekat di benak saya.

Nama ini adalah salah satu sastrawan Inggris yang wajib saya pelajari harus membaca semasa kuliah.

Selain Woolf, tentu saja saya mengenal nama penyair dan novelis Amerika Sylvia Plath yang menyalakan oven gas untuk menghabiskan nyawanya, atau penyair Anne Sexton.

Di masa modern, kita juga mengenal nama aktor Robin William yang juga mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri karena depresi yang tertutup oleh kemampuan komedinya yang dahsyat.

"Jelajah Jiwa, Hapus Stigma: Autopsi Psikologis Bunuh Diri Dua Pelukis" adalah sebuah buku karya psikiater dan penulis Nova Riyanti Yusuf yang mencoba membuat kajian dengan tema tersebut.

Diterbitkan dan diluncurkan Penerbit Buku Kompas, Maret lalu, buku ini semula adalah tesis S2 Nova yang menyajikan berbagai teori suicide dengan menggunakan dua kasus bunuh diri yang dilakukan dua pelukis muda Indonesia pada tahun 2003 dan 2006.

Dalam podcast episode terbaru "Coming Home with Leila Chudori", Nova menyatakan seperti yang juga disampaikan dalam pengantar bukunya bahwa seniman adalah kelompok rentan untuk "membunuh diri".

Meski demikian, Nova mengakui tentu saja ada persentase tertentu di mana kelompok usia lain (seperti remaja dan lansia) dan profesi lain yang melakukan tindakan tersebut.

"Tetapi pada usia lansia selalu lebih mudah untuk intervensi sehingga terjadi pencegahan," katanya.

Dalam bukunya, Nova Riyanti sengaja menggunakan inisial nama-nama para pelukis dengan alasan "agar pembaca tidak meromantisir" tindakan bunuh diri.

Sebagai warga Indonesia, sebagai psikiater, salah satu tugas Nova-–dan juga seluruh kawan dan keluarga terdekat--adalah mencoba mendeteksi kecenderungan seseorang yang mempunyai keinginan untuk bunuh diri. "Jangan sibuk memberi stigma," katanya dengan tegas.

Persoalan kesehatan jiwa adalah tanggung jawab kita bersama dan penanganan di Indonesia cenderung segera menghakimi mereka yang memiliki persoalan mental, entah dengan tuduhan kurang bersyukur atau lemah iman.

Meski tema buku ini terasa berat, Nova tetap menggunakan bahasa populer dan ringan saat menjelaskan suatu situasi yang gelap, pedih, dan dalam sehingga "itulah sebabnya saya menyebutnya Jelajah Jiwa", karena menurut dia, persoalan keinginan bunuh diri tak sekadar disebabkan satu dua hal belaka.

Selain kedua kasus pelukis Indonesia yang dibahas dengan panjang, ada satu bagian khusus buku ini di mana Nova juga menceritakan perjalanannya napak tilas ke berbagai tempat di mana sastrawan Ernest Hemingway pernah menetap dan berkarya.

Hemingway, seperti yang sudah ditulis di berbagai biografinya, tewas karena bunuh diri dengan menembak kepalanya sendiri pada 1961.

Beberapa perjalanan Nova mengunjungi tempat-tempat ini--selain juga mempelajari dari bahan pustaka--memang tidak langsung berhubungan dengan kasus kedua pelukis Indonesia.

Nnamun, ini adalah bagian menarik untuk melihat sejauh apa intensitas seorang seniman (sekaligus kerentanannya) yang kemudian menggerakkan impulsnya untuk menghabiskan nyawa.

Buku ini tentu saja bukan karya yang sudah selesai karena kelak Nova berniat menerbitkan buku berikutnya yang merupakan studi bunuh diri di kalangan remaja.

Yang perlu digarisbawahi dari buku ini adalah bahwa Nova menyatakan kesehatan jiwa adalah sebuah hak asasi manusia.

Dan, pemerintah adalah salah satu pihak yang sangat bertanggung jawab untuk memberikan fasilitas yang memadai dalam melakukan pelayanan dan pencegahan bagi mereka yang mengalami kegelapan dan keinginan untuk menghabiskan nyawa sendiri.

Pada akhir perbincangan, Nova juga berbincang soal kesehatan jiwa yang perlu dipelihara selama kita semua terpaksa di rumah terus menerus dan bagaimana cara "menerima situasi" ini.

Perbincangan penting namun santai ini bisa diikuti mulai Rabu (13/5/2020) di Spotify melalui tautan ini.

https://entertainment.kompas.com/read/2020/05/13/070400110/coming-home-with-leila-chudori--kesehatan-mental-seniman-di-mata-nova

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke