Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

In Memoriam Pencerita Ulung Budi Darma

INILAH sebuah pembukaan novel berjudul "Rafilus", salah satu karya Budi Darma yang pertama kali diterbitkan Balai Pustaka tahun 1988.

Seperti juga karya-karya sebelumnya seperti kumpulan cerpen "Orang-orang Bloomington" (1981) dan "Olenka" (1983), Rafilus adalah salah satu prosa Budi Darma yang menjungkirbalikkan dunia.

Tetapi kelebihan dari berbagai ceritanya, Budi Darma si pencerita ulung ini selalu menampilkan tokoh-tokoh utama atau tokoh pendukung yang tak mudah hilang dari benak pembacanya.

Lahir di Rembang tahun 1937 dan wafat Agustus tahun ini, Budi Darma mengabdikan hidupnya dalam dunia akademis dan sastra.

Karya-karyanya yang terkemuka selain fiksi seperti "Orang-orang Bloomington", "Olenka", "Rafilus", "Kritikus Adinan" dan "Nyonya Talis", ada beberapa kumpulan eseinya antara lain "Solilokui" yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama dan "Harmonium".

Begitu banyak tokoh, begitu banyak cerita dalam karya-karya Budi Darma, begitu banyak pujian dan penghargaan, termasuk Hadiah Pertama Sayembara Mengarang Roman DKJ 1980 dan sekaligus memperoleh Hadiah Sastra DKJ 1983 untuk novel Olenka mendapat serta Sea Write Awards (1984).

Para tokoh seperti Olenka, Fanton Drummond, Kritikus Adinan, Yorrick, Orez, Ny Eberhart, Ny Talis adalah mereka yang berpenampilan biasa namun bertingkah dan mengucapkan hal-hal yang ganjil.

Terkadang mereka bisa tampak polos, kali lain mereka bisa tajam bahkan keji saat menyatakan sesuatu dalam monolog atau memojokkan lawan bicaranya secara obsesif dan bertubi-tubi.

Di dalam cerpen "Penyair Besar, Penyair Kecil" di dalam kumpulan "Kritikus Adinan" misalnya Budi Darma menampilkan perbincangan dua kawan, yang pertama disebut si Penyair Besar yang diundang berbicara di sebuah kota, dan si Penyair Kecil yang langsung menggamitnya dari rangkulan panitia dan mengajakn si Penyair besar bermalam di rumahnya untuk mendengarkan keluhan-keluhan dunia sastra yang tak berkesudahan.

Yang menarik dari diskusi mereka adalah karena sang Penyair Kecil mengeluh,mengumpat, menggugat para pemegang "kuasa"sastra Indonesia (generasi kini menyebutnya gatekeeper) karena puisinya tak kunjung dimuat.

Sang Penyair Besar mencoba membacanya dan segera mengenali bahwa setiap baris dari puisi yang ditolak itu jelas mencomot dari berbagai baris puisi para penyair terkemuka di negeri ini.

Cerpen Budi Darma ini tampil realis, seolah berisi sebuah adegan debat biasa, namun sesungguhnya dia memperlihatkan absurditas dari interaksi kedua seniman yang sibuk dengan suara masing-masing.

"Absurdisme" dalam fiksi, bagi Budi Darma bukan arena pertunjukan fisik.

"Seseorang bisa saja mempunyai penampilan membosankan seperti saya, tetapi di dalamnya ada imajinasi yang menggelepar-gelepar yang perlu ditanggapi," demikian Budi Darma suatu ketika.

Budi Darma pernah menyampaikan bahwa dunia absurd dalam novel-novel yang biasa kenal sering digambarkan dengan kepala yang melayang, manusia mendadak terbang, atau lelaki yang merasa dirinya menjadi serangga seperti yang dirasakan Gregor Samsa, tokoh rekaan Franz Kafka.

Sementara Budi Darma memilih absurdisme di dalam mentalitas tokoh-tokohnya yang bukan sekadar ganjil, tetapi karena para tokohnya memang yakin akan pendiriannya.

Podcast "Coming Home with Leila Chudori" berjudul "In Memoriam Budi Darma" akan menampilkan nukilan dua karya Budi Darma, yakni "Olenka" dan "Orang-orang Bloomington" yang keduanya diterbitkan ulang oleh Noura, kelompok penerbit Mizan. Cuplikan karya Budi Darma ini akan dibacakan oleh sutradara Joko Anwar dan aktris Dian Sastrowardoyo.

Di dalam cuplikan yang dibacakan Joko Anwar berjudul "Kutu" misalnya –dari novel "Olenka"—ada peristiwa ganjil di mana Olenka percaya darahnya telah "bersatu" dengan darah Fanton Drummond karena seekor kutu yang mengisap darah mereka.

Sementara itu, Dian Sastrowardoyo membacakan cuplikan "Dalam Bayangan Olenka" yang berisi perbincangan antara Fanton Drummond—pencerita dalam novel ini yang terobsesi oleh Olenka—dan Wayne, suami Olenka yang merasa diri penulis paling cerdas sekaligus galau karena dia merasa tak pernah bisa sepenuhnya memiliki hati isterinya.

Perbincangan dua lelaki itu seolah "wajar" sekaligus absurd karena keduanya sebetulnya sama-sama tak bisa dan tak akan pernah bisa memiliki Olenka sepenuhnya sebagaimana napsu teritorial lelaki umumnya.

Program "In Memoriam Budi Darma" yang berisi pembacaan nukilan karya-karyanya oleh Dian Sastrowardoyo dan Joko Anwar ini bisa Anda dengarkan Rabu 27 Oktober di Spotify.

https://entertainment.kompas.com/read/2021/10/29/135548566/in-memoriam-pencerita-ulung-budi-darma

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke