Lagu ini diciptakan oleh Ismail Marzuki untuk menggambarkan semangat perjuangan rakyat Bandung dalam masa pasca-kemerdekaan di tahun 1946.
Ismail Marzuki juga menyoroti peristiwan Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 dalam lagu ini.
Kecintaan Ismail Marzuki terhadap Bandung sudah mulai dirasakan setelah menikah dengan Eulis Zuraidah.
Ismail terdorong untuk menciptakan lagu berbahasa Sunda berjudul "Hallo Bandung".
Pada saat itu istilah "Hallo Bandung" memang sudah sangat dikenal sebagai tanda panggil dan sapaan pembuka dari Radio Kotwijk.
Ungkapan itu semakin dikenal luas setelah munculnya lagu berbahasa Belanda "Hallo Bandoeng" oleh Willy Derby.
Versi awal dari lirik lagu "Hallo Bandung" menunjukkan bahwa pada awalnya lagu ini lahir sebagai ungkapan rasa rindu yang sentimental, bukan dimaksudkan sebagai lagu perjuangan.
Namun selama masa pendudukan Jepang lagu ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai bagian dari propaganda pihak tentara Jepang, yang antara lain berusaha mengikis pengaruh budaya Belanda serta mendorong penggunaan bahasa Indonesia di penjuru wilayah jajahan.
Walaupun begitu, versi kedua hasi terjemahan lagu tersebut tetap menggambarkan maksud aslinya sebagai lagu kenangan.
Peristiwa Bandung Lautan Api mengilhami Ismail Marzuki untuk mengubah dua baris terakhir dari lirik lagu "Hallo Bandung" menjadi lebih patriotis yang membakar semangat perjuangan.
https://entertainment.kompas.com/read/2022/11/25/180235866/lagu-halo-halo-bandung-ciptaan-siapa