Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kumpulan Cerpen Tentang Persahabatan, Hidupkan Kisah dengan Bestie Kamu

JAKARTA, KOMPAS.com - Persahabatan sudah sering kali diangkat menjadi sebuah tema dalam tulisan.

Selain karena sederhana dan mudah ditemui di kehidupan sehari-hari, tema persahabatan juga bisa menjadi contoh baik untuk para pembaca.

Materi tentang persahabatan juga sering diambil oleh para penulis cerita pendek atau cerpen ke dalam karyanya.

Berikut ini kumpulan cerpen tentang persahabatan yang dilansir dari Gramedia.

  • Arti Persahabatan karya Tafassahu

Nikmatnya bila semua serba tercukupi, semua keinginan bisa terpenuhi sampai barang apapun bisa dibelinya, itulah Riska, seorang anak dari konglomerat yang sangat kaya, Ibu dan Ayahnya adalah pengusaha besar yang berada di daerah Jakarta.

Namun, hal yang sangat baik dari keluarga itu adalah mereka mampu bersikap dan berperilaku layaknya orang biasa, bersopan santun, ramah terhadap tetangga begitupun kepada orang-orang yang berkunjung ke rumahnya.

Tak terkecuali dengan Riska, anaknya manis dan tidak pernah manja dengan orang tuanya, dia bisa bersikap baik terhadap semua orang termasuk teman-temannya sehingga banyak yang betah ketika bertamu ke rumahnya.

Salah satu sahabat terbaik Riska yaitu Ika, dia berasal dari keluarga sederhana, rumahnya yang masih satu kecamatan dengan Riska, membuatnya gampang untuk bermain atau sekedar bertemu dengan Riska.

Namun pada hari ini sahabatnya Ika tak pernah keliatan lagi, sudah hampir 3 minggu ini.

"Kok Ika nggak pernah keliatan? Kemana ya, biasanya dia selalu masuk sekolah," kata Riska.

"Mungkin sakit," jawaban dari Mama.

"Kalau begitu coba nanti sore aku pengen ke rumahnya lagi," kata Riska sangat bersemangat.

Sudah beberapa kali Riska mengetuk pintu, tetapi tak ada jawaban dari dalam rumah, kemudian tiba-tiba muncul orang dari sebelah rumah.

"Ada apa mbak?" tanya orang lelaki itu.

"Saya mau mencari teman saya , Ika namanya," jawabnya cepat.

Alangkah terkejutnya Riska mendengar jawaban dari lelaki itu, jika Ika yang selama ini dia kenal dan menjadi sahabatnya mengontrak di rumah itu, kemudian kembali ke desanya karena menurut kabar orang tuanya sudah berhenti bekerja akibat di PHK oleh perusahaannya.

Sekembalinya Riska ke rumah, ia hanya bisa melamun dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Lantas ia pun bergegas ingin mencari Ika di desanya.

"Mama, aku ingin mencari Ika, biarkan dia bisa melanjutkan sekolahnya lagi," kata Riska.

"Baiklah kalau itu keinginanmu, mari bergegas dan segera mencari alamat Ika dahulu," jawab Mamanya dengan penuh perhatian.

Akhirnya keinginan Riska terpenuhi, dan selama beberapa jam bertanya-tanya di tempat pedesaan yang pernah Riska ketahui, bisa menemukan alamat rumah Ika.

Kedatangannya pun disambut haru dan isak tangis oleh keluarganya termasuk Ika.

Pelukan hangat di antara mereka menjadikan persahabatan semakin erat.

"Ika, kedatanganku sama keluarga ingin mengajakmu kembali bersekolah sekaligus ikut kami ke Jakarta lagi," kata Riska.

"Soal sekolah dan biaya apapun, kamu nggak usah khawatir biar saya yang menanggungnya," lanjut Papa Riska.

"Baiklah bila Riska dan Bapak Ibu menghendaki dan memberikan kesempatan itu pada saya, saya sangat bersyukur dan banyak mengucapkan terima kasih atas kebaikan Riska dan keluarga," jawabnya Ika diselingi haru yang luar biasa.

"Terima kasih banyak Pak, Buk, kami tidak bisa lagi harus memberikan imbalan seperti apa, karena hanya petani biasa," lanjut Ibu dan Bapak Ika.
Lalu mereka pun kembali berpelukan untuk kembali menyambut Ika menjadi sahabatnya kembali.

  • Mona Lisa karya Grace Paris

Cahaya matahari begitu bersinar pagi ini, Lisa siswi SMA yang sedang terburu-buru ke sekolah terlihat begitu bersemangat tetapi baru di gerbang sekolah terlihat mobil mewah terparkir dan tak beberapa lama kemudian seorang gadis turun sambil dipapah kemudian didudukkan di kursi roda, sambil tersenyum Lisa menghampirinya "Mona", sapa Lisa dan gadis bernama Mona itu memegang tangan Lisa, "biar Lisa saja yang mendorongku", ucap Mona pada pengasuhnya.

Mereka berdua melewati lorong sekolah menuju ke kelas, sepanjang perjalanan mereka menjadi bahan tontonan, Lisa dan Mona memang sudah lama bersahabat sejak kecil namun, keadaan Mona yang lumpuh karena sebuah kecelakaan tak membuat persahabatan mereka luntur bahkan Lisa senantiasa menemaninya.

Di sekolah hampir dikatakan mereka selalu bersama bahkan mereka satu kelas, layaknya saudara kandung karena Mona sendiri memang anak tunggal sedangkan Lisa mempunyai seorang kakak tiri yang tidak tinggal bersamanya yang bahkan belum pernah Mona lihat.

Setiap akhir pekan mereka saling mengunjungi, bermain dan belajar bersama, namun akhir-akhir ini Mona merasa aneh dengan sikap Lisa, bila Ia ke rumah Lisa saat akhir pekan Ia selalu tidak dapat menemui Lisa, ketika Mona mencoba mengkonfirmasinya Lisa mengungkapkan berbagai alasan.

Suatu hari saat pulang sekolah Lisa dan Mona berjalan-jalan di halaman belakang sekolah, nampak seorang pemuda yang merupakan kakak kelas mereka bernama Willy untuk waktu yang lama Mona tak berhenti menatap pemuda itu.

Willy memang terlihat jarang berada di sekolah karena terkenal dengan kenakalannya dan sering bolos tetapi anehnya selalu mendapat nilai tertinggi di ujian.

"Tunggu.." ucap Mona saat Willy melewatinya.

"Ada apa?" ucap Willy datar.

"Ohh tidak.." gugup Mona dan Willy dengan cueknya terus berjalan.

Sejak pertemuan itu Mona selalu tampak ceria dan sering mengunjungi halaman belakang sekolah.
Di sana, dia pun akhirnya bisa mengobrol dengan Willy.

Melihat itu, Lisa sangat senang karena Mona yang selama ini ia kenal tidak begitu ceria.

Sejak ia lumpuh, Lisa pun juga hanya mengamati dari kejauhan.

Menurutnya jika Mona bahagia maka dirinya juga bahagia bahkan ia tak ingin Mona sedih suatu hari nanti.

Mona akhir-akhir ini sibuk dengan pertemuannya dengan Willy.

Ia tak pernah melihat Lisa kecuali dalam kelas.
Merasa bersalah dengan sikapnya sendiri, Mona memutuskan mencari Lisa dan setelah mencari ke mana-mana kini Ia harus dihadapkan apa yang dilihatnya.

Lisa sedang memeluk Willy. Namun, isak tangis Mona ternyata terdengar oleh Willy dan Lisa.

"Mona.. itu.. gak.." belum sempat Lisa menjelaskan, Mona telah pergi.

Namun, karena terlalu sedih, dirinya tak tahu harus ke mana dan keluar dari sekolah.

Tiba-tiba, Mona malah tertabrak di jalan dan dilarikan ke rumah sakit.

Untuk beberapa hari Mona mengalami koma dan setelah sadar, dirinya melihat keluarganya dan Willy

"Untuk apa kau ke sini?" tanya Mona sinis kepada Willy.

"Lihat ini.." Willy memberinya cermin.

"Apa maksudmu? Wajahku tak apa-apa.." ucap Mona sambil bercermin.

"Mata..dan ini dia titipkan untukmu," ucap Willy keluar meninggalkan Mona dan keluarganya.

"Hai Mona.. apa kamu baik-baik saja? Kuharap begitu, aku minta maaf atas semuanya bahkan untuk kenangan buruk yang kau lihat sebelum kecelakaan itu. Aku harap kau tak salah paham atas diriku dan Willy. Dia itu kakak tiriku yang belum pernah kau lihat. Aku hanya menyesal tak dapat menemuimu tetapi aku dapat melihat dunia bersamamu. Salam Lisa" tulis Lisa dalam sepucuk surat itu.

Mona menangis sambil membacanya dan mengetahui bahwa Lisa selama ini mengidap sakit kanker dan selalu pergi berobat saat akhir pekan.

Mata yang dirinya ‘pakai’ saat ini adalah milik Lisa.

  • Teman Pertama karya Nadira Erwanto

Pernahkah kalian merasa kesepian, tidak mempunyai teman dan sangat dikucilkan? Aku Shanisa.

Kalau begitu, izinkanlah aku membagi pengalamanku.
Hari ini tanggal 11 Januari, dan aku sangat berharap hari ini pula aku dapat membuat kehidupan di sekolahku lebih baik.

Di sekolah ini, aku tidak punya teman satu pun. Sungguh menyedihkan, bukan? Aku tidak pernah dilirik oleh siapa pun.

Aku dipandang rendah dan sering sekali dihina oleh mereka. Mereka yang membenciku. Semua ini hanya karena rumor yang sengaja diedarkan oleh seseorang yang amat memarahiku, dia Revon.

Sekolah ini memang dipenuhi oleh anak orang kaya, yang mungkin dapat setiap hari menikmati makanan yang enak dan menonton TV layar lebar.
Eksistensiku di sekolah ini dikarenakan beasiswa yang kudapat. Revon menyebarkan berita bahwa aku hanya merupakan anak panti asuhan yang dulunya dibuang oleh kedua orangtuaku.

Rumor itu benar, itu fakta. Aku sangat tahu diri. Meski begitu, aku sangat kecewa ketika Revon dapat memengaruhi dan menghasut seluruh siswa untuk tidak berteman

Oh, bahkan untuk tidak menghiraukan diriku sama sekali. Tentu saja, Revon sang cassanova yang notabenenya seorang ketua OSIS dan anak direktur terkenal pasti akan dipatuhi oleh semua warga sekolah. Tidak akan ada yang berani mencari masalah dengannya. Seringkali aku berpikir mengenai dua hal: Mengapa Revon begitu memusuhiku? Kapan aku dapat mempunyai teman?

Seperti biasa, aku sedang berada di kelas dan duduk di bangku paling pojok belakang. Ruangan kelas ini dipenuhi murid-murid yang saling mengobrol dan bercanda tawa, sementara aku hanya diam memperhatikan mereka. Bel telah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Ketika aku hampir saja memutuskan untuk tidur, mataku menangkap sosok guru yang memasuki ruangan kelas. Setelah ceramah panjang lebarnya, Miss Leina dengan wajah cerianya memberikan pengumuman.

"Hari ini, kelas kalian kedatangan murid baru."

Bertepatan dengan perkataan Miss Leina, sesosok cowok bertubuh jangkung memasuki kelas.

Banyak siswi yang berbisik-bisik mengenai cowok tersebut. Ia berdiri di depan papan tulis, dan senyumnya merekah.

"Halo, nama gue Axel. Pindahan dari SMA Evanthius karena pengen nyoba yang baru. Salam kenal."

Setelah beberapa siswi cewek yang genit dan centil itu bertanya seputar info pribadi Axel seperti.

"Pin BBM lo apa?"

"Udah punya pacar belum?"

Akhirnya, Miss Leina kembali berujar sebelum topik tersebut benar-benar melenceng.

"Axel, kamu boleh duduk di tempat kosong yang kamu mau."

Yang kutahu, setelah ucapan Miss Leina tersebut, cowok itu melangkah menghampiri bangku tepat di sampingku yang membuat seisi kelas bungkam.

"Hai, nama lo Shanisa Oktaviana ya? Gue panggil lo apa?"

Axel selalu saja berusaha mengobrol denganku, meski selalu ku akhiri dengan mengabaikannya atau pergi menjauhinya.

Jujur, aku sangat kasihan kepada murid baru itu jika ia harus berurusan dengan singa macam Revon. Tapi, kali ini ia menahan lenganku. "Yah, jangan kacangin mulu dong. Kenapa, sih? Gue ‘kan ganteng, kok muka lo kayak ngeliat setan?"

Entahlah, ia memang sangat pede. Aku hanya memutar bola mata malas, lalu akhirnya membalasnya.

"Lo gak usah deket-deket gue. Murid lain aja pada ngelihatin sinis," ucapku sekejam mungkin. Tampaknya ia belum menyerah, justru nyengir lebar.

"Wah, jahat banget. Gue tahu lo ada masalah sama dia, tapi gue gak peduli."

Aku mengangkat satu alis. Sepertinya, murid baru seperti dia nyari mati.

"Lo bisa ngomong gitu, sampe lo ketemu Revon beneran."

Aku menghempaskan tangannya dan pergi meninggalkannya dengan tatapan mengintimidasi dari murid di sekitarku. Baru saja aku melangkah ke toilet, seseorang menahan bahuku dan mendorong tubuhku ke dinding tembok dengan keras. Aku meringis kesakitan, lalu berusaha melihat siapa gerangan orang yang melakukan hal ini kepadaku. Revon, as usual.

Cowok itu menyeringai, tatapannya membunuh. "Gue denger, lo deketin Axel ya? Lo minta gue keluarin dari sekolah ini, huh?" ia memberi jeda. "Udah baik dikasih beasiswa, malah ngelunjak."

Ia menggertakku dengan keras. Aku hanya bisa memejamkan mata, kekuasannya di sekolah ini memang bagaikan segalanya. Aku tidak dapat berbuat apa-apa, karena aku memang bukanlah siapa-siapa. Namun di saat itu juga, Axel datang.

Ia membelaku, dan menentang segala perkataan Revon. Yang membuatku bingung adalah ketika Revon tidak mengancam Axel sama sekali dan hanya membalas ucapan Axel dengan dingin.

Aku tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka. Yang ku tahu, semenjak kejadian itu aku mempunyai sahabat baru, Axel. Semenjak itu pula, aku tidak lagi merasa kesepian dan Revon tidak lagi menggangguku.

Entahlah, cerita ini mungkin sudah selesai namun kehidupanku akan terus berlanjut. Aku tidak tahu apakah akan terjadi hal-hal lain, namun aku tahu bahwa sahabat yang kini ku miliki akan selalu, selalu ada disampingku. Ini tanggal 11 Januari. Namaku Shanisa Oktaviana, dan kini kehidupan di sekolahku telah dihiasi oleh warna.

 

https://entertainment.kompas.com/read/2023/01/10/195347466/kumpulan-cerpen-tentang-persahabatan-hidupkan-kisah-dengan-bestie-kamu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke