Penghargaan tersebut diberikan oleh Festival Film Indonesia (FFI) di setiap tahunnya dan telah diselenggarakan sejak 1967 lalu.
Melansir dari laman resmi Festival Film Indonesia, kata Citra diambil berdasarkan judul sajak yang diciptakan Usmar Ismail pada 20 September 1943.
Sajak tersebut terdapat dalam buku kumpulan puisi karya Usmar Ismail yang bernama “Puntung Berasap” serta memiliki makna “bayangan” atau “imaji”.
Citra terpilih berdasarkan sejumlah nama yang telah dikumpulkan oleh Soemardjono Demang Wirjokoesoemo, Ketua Penyelenggara FFI 1973 dan D. Djayakusuma.
Nama tersebut kemudian mulai disematkan dalam penghargaan Piala Citra guna membentuk peta dinamika, kemajuan, hingga pencapaian perfilman Indonesia.
Penggunaan Citra dalam Piala Citra juga diresmikan secara langsung oleh Menteri Penerangan Republik Indonesia Budiardjo di Jakarta pada 26 Maret 1973.
Piala Citra pertama kali diberikan dalam Festival Film Indonesia 1973, yang pada saat itu masih diselenggarakan oleh Yayasan Film Indonesia (YFI).
Desain awal Piala Citra dibuat oleh Gregorius Sidharta dan sempat beberapa kali mengalami perubahan bentuk seiring berjalannya waktu.
Perubahan bentuk pertama terjadi pada 2008 lalu, di mana FFI dan sejumlah seniman lainnya bekerja sama dalam mengubah desain Piala Citra.
Pergantian bentuk tersebut diharapkan dapat membawa simbol dan semangat baru bagi penyelenggaraan FFI.
Setelahnya, pada 2014 Piala Citra kembali diubah menuju desain awalnya dengan sedikit modifikasi yang diberikan oleh Dolorosa Sinaga.
Perubahan desain menuju bentuk aslinya tersebut menjadikan simbol penyelenggaraan FFI menuju semangat awalnya.
FFI dan Piala Citra diharapkan dapat menyalurkan api semangat bagi para penggiat dunia perfilman untuk tetap konsisten dalam menciptakan film-film Indonesia yang berkualitas.
https://entertainment.kompas.com/read/2023/10/16/185422266/sejarah-piala-citra-festival-film-indonesia