Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Masih Dicap Negara Pembajak, Pemerintah Tak Bisa Melindungi

Kompas.com - 04/05/2008, 00:12 WIB

"Kalau pemerintah menggolongkan musik sebagai industri kreatif maka dibenahi dulu dong masalah yang ada," kata pria kelahiran Semarang, 1 Desember 1955 ini. Di negara lain, lanjutnya, pekerja seni dihargai dan dilindungi dengan hak cipta, sedangkan di Indonesia yang memiliki perangkat hukum ternyata perlindungan belum dilaksanakan sepenuhnya. 

James yang April lalu diundang ke Bali dalam forum internasional tentang HAKI oleh salah satu lembaga bentukan PBB, mendapat berbagai tanggapan dari sejumlah negara peserta tentang maraknya pembajakan di Indonesia. 

 "Vietnam dan beberapa negara Amerika Latin yang diundang waktu itu menyatakan kebingungan karena Indonesia memiliki perangkat hukum yang bagus tapi tidak bisa melindungi industri kreatif dari pembajakan. Di negara mereka saja belum ada Undang-undang HAKI," ujarnya menjelaskan. 

Dalam simposium yang diikuti 35 negara itu, James menyampaikan salah satu rekomendasinya agar stigma dunia internasional tentang pembajakan dihapuskan. "Karena sebenarnya yang membajak bukan orang Indonesia seluruhnya kan, pelakunya hanya segelintir oknum dan pemerintah tidak sanggup menanganinya," tuturnya. 

James mengungkapkan Indonesia memiliki potensi di bidang musik yang sangat luar biasa. Ribuan jenis musik etnik tersebar di berbagai daerah namun lama-lama diakui sebagai milik bangsa lain karena ketidakberdayaan pemerintah dalam melindunginya. 

"Kita punya ribuan akar musik etnik yang tidak dimiliki negara lain, namun perlahan karena stigma sebagai negara membajak terlanjur melekat dan negara ini tidak bisa mengurusi, akhirnya banyak negara lain mengklaim musik itu sebagai miliknya," ujar pria berdarah Manado ini. 

Sebenarnya, kata james, di tingkat internasional banyak musik Indoensia digunakan sebagai musik ilustrasi film, ilustrasi iklan, dan menjadi inspirasi untuk menciptakan lagu-lagu asing. Ia mencontohkan lagu My Heart Will Go On yang dinyanyikan Celine Dion dalam film Titanic

"Sebenarnya kalau mau menyimak dengan seksama, lagu itu mengandung unsur lagu keroncong. Tapi sayangnya banyak pihak tidak mau menyatakan itu diambil dari musik Indonesia. Kebanyakan di labelnya dituliskan ’Asian Music’, padahal maksudnya ya Indonesia," katanya. 

Demikian halnya dengan musik angklung yang menginspirasi banyak musikus dunia menciptakan karya. Para musisi itu, menurut James, hanya mencantumkan bamboo music saja tanpa menyebutkan bahwa musik bambu yang dimaksud adalah angklung dari Indonesia. 
    
Kebangkitan 
"Kita tidak pesimis, meski pembajakan menggila dan pemerintah belum menunjukkan perannya memerangi pembajakan. Tahun ini merupakan 100 tahun kebangkitan nasional dan masih ada celah  yang bisa digunakan para musisi Indonesia untuk bangkit melawan pembajakan," katanya. 

Teknologi digital disebut James sebagai jawaban dari keresahan dan keprihatinan para musisi dan penyanyi terhadap pembajakan. "Ini pencerahan, sebuah cahaya baru yang muncul dari teknologi digital, misalnya melalui Youtube, dan cara lainnya," ujar James. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com