Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semalam, Tiga Orang Dieksekusi Mati

Kompas.com - 19/07/2008, 05:43 WIB

Mereka yang mati karena sakit, karena terpidana mati, bukankah mereka sendiri yang membangun jalan itu menuju pada kematian itu. Bayangkanlah jika Dukun Usep tak memilih untuk berprofesi sebagai dukun yang menghabisi delapan nyawa "pasiennya", bayangkanlah jika Sumiasih dan Sugeng tak menghabisi keluarga Letkol Agus Purwanto, tentu jalan menuju regu tembak tak bakal terjadi.

Mengenangkan kematian tiga orang saudara sebangsa kita yang diekskusi mati pada Jumat malam itu, bagi saya bukanlah sebuah kesia-siaan. Saya percaya, ada faedahnya juga kita mengingat kematian. Setidaknya ia bisa mendorong saya untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum datangnya. Menghentikan angan untuk lama tinggal di dunia yang fana ini, karena panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya kelalaian. Ya, ya..., saya tak ingin dikuasai oleh iblis yang menggoda Adam dan Hawa yang merayu mereka untuk melalui   "pintu"   keinginan   untuk   hidup   kekal selama-lamanya. "Maukah engkau kutunjukkan pohon kekekalan (hidup) dan kekuasaan yang tidak akan lapuk? (QS Thaha [20]: 120).

Mengingat kematian, setidaknya juga bisa mencegah kerakusan dan ketamakan terhadap nikmat duniawi. Melembutkan hati seraya mengenangkan saat mati tiada ada yang kita bawa selain amal baik kita. Mendorong kita untuk bisa memaafkan dan menerima kesalahan serta kelemahan orang lain.

Hingga pagi menjelang, saya tak mendengar atau membaca pernyataan dari pihak mana pun tentang ekskusi mati tiga orang itu. Saya pun bertanya-tanya kepada diri saya sendiri. Bukankah mereka bertiga juga masih punya KTP, punya alamat dan itu artinya masih diakui pula sebagai rakyat Indonesia? Adakah mereka bertiga sudah tak "diitung" lagi sebagai rakyat?

Bukankah kita diajari untuk berlaku santun kepada yang mati. Cuma yang baik-baik saja yang boleh kita bicarakan tentang si mati. Bahkan kita pun diajari menghentikan langkah kita, laju kendaraan kita, tatkala usungan mayat melintas di depan kita. Siapapun itu yang mati.

Eh omong-omong, pada malam yang sama dengan eksekusi mati tiga orang itu, Presiden SBY dan nyonya menyanyikan lagu bernuansa gembira berjudul Nasonang Do Hitana Dua (kita berdua yang berbahagia) pada penutupan Pesta Danau Toba (PDT) di Sumatera Utara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com