Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Coldplay Vs Satriani

Kompas.com - 12/12/2008, 03:00 WIB

Oleh Budiarto Shambazy

Cobalah Anda kunjungi situs YouTube. Tak sedikit video yang coba membuktikan kemiripan dua lagu yang dua pekan terakhir ini membuat heboh: ”If I Could Fly” karya Joe Satriani dari album Is There Love in Space? (2004) dan ”Viva La Vida” karya Coldplay dari album Viva La Vida or Death and All His Friends (2008).

Beberapa penggemar melakukan eksperimentasi dengan meleburkan (mash-up) kedua lagu itu. Ternyata sebagian melodi serta chord progression kedua nomor itu mirip sekali. Apakah Coldplay menjiplak?

Satriani pada 4 Desember lalu mengajukan tuntutan pelanggaran hak cipta ke pengadilan karena karya instrumentalnya itu. Menurut Satriani, ”Viva La Vida” memasukkan ”bagian-bagian orisinal yang substantif” dari ”If I Could Fly”. Gitaris berusia 52 tahun itu menuntut segera diadakan sidang menentukan ganti rugi dan pembagian keuntungan penjualan ”Viva La Vida”.

Namun, Coldplay pada Selasa (9/12) membantah tuduhan itu dengan menyebutkan bahwa kesamaan di antara kedua lagu cuma ”kebetulan belaka”. Pernyataan resmi mereka mengatakan pula, ”Jika ada kemiripan, itu bukan kesengajaan dan mengejutkan kami pula. Satriani musisi besar, tetapi tidak memengaruhi lagu ’Viva La Vida’.”

Satriani mengambil langkah hukum sehari setelah Coldplay menerima tujuh nominasi Grammy, anugerah musik paling bergengsi di Amerika Serikat. ”Viva La Vida” dinominasikan sebagai lagu dan rekaman terbaik tahun 2008. Musik dan lirik ”Viva La Vida” ditulis keempat personel Coldplay, yakni Chris Martin (vokal), Guy Berryman (bas), Johnny Buckland (gitar), dan Will Champion (drum). Judul lagu itu diinspirasi lukisan karya artis Meksiko, Frida Kahlo.

Menurut pengacara hak properti asal New York, Oren Warshavsky, Satriani bisa memenangi tuntutannya jika berhasil membuktikan di antara kedua karya itu ada ”kesamaan tak terbantahkan”. Setelah itu, pasal-pasal hukum mesti menjelaskan secara rinci yang dilakukan Coldplay benar-benar penjiplakan alias bukan sekadar proses kebetulan semata.

Selain itu, posisi Satriani cukup menguntungkan karena ia menciptakan karyanya lebih dulu. Apalagi, ”If I Could Fly” telah diterbitkan dan disebarluaskan lebih awal sehingga dapat memperkuat argumen hukum yang ”logis dan meyakinkan” untuk mematahkan argumen Coldplay yang terjadi hanya kebetulan saja.

Menurut Warshavsky, persidangan setidaknya bisa menjatuhkan vonis Coldplay melakukan penjiplakan secara tak sengaja. Kasus yang mirip pernah dialami vokalis Michael Bolton, yang terbukti secara tak sengaja menjiplak lagunya, ”Love is a Wonderful Thing” (1991) dari lagu berjudul sama karya Isley Brothers yang dirilis tahun 1957. Bolton divonis menyerahkan seluruh profit penjualan singel lagu itu kepada Isley Brothers.

Contoh lain dialami hit ciptaan mantan gitaris The Beatles, George Harrison, ”My Sweet Lord” (1970), yang proses persidangannya berlangsung puluhan tahun. Harrison diajukan ke pengadilan karena karyanya itu didakwa menjiplak lagu trio The Chiffons, ”He’s So Fine” (1962).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com