Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagu Anak Dilibas Syair Asmara

Kompas.com - 03/03/2009, 15:39 WIB

Kedua, belum atau bahkan tidak akan mampu dalam menghayati tema lagu yang dibawakan karena mereka belum pernah mengalami masa dewasa dengan mengenal apa yang namanya "asmara" dan "cinta- cintaan-. Lebih parahnya, apabila mereka dapat menghayati dan mengerti arti tema lagu asmara yang mereka nyanyikan, tidakkah mereka beranjak "dewasa sebelum waktunya-?

Beberapa waktu yang lalu muncul berita tentang pelecehan seksual oleh seorang siswa SMP terhadap teman sebayanya. Seorang anak SMA yang nekat mengakhiri hidup karena tidak lulus ujian atau bahkan karena diputus oleh kekasihnya. Ada juga perbuatan mesum salah seorang siswa SMP yang terekam kamera telepon seluler. Alih-alih atas dasar kredo "cinta", seorang anak SMP rela menikah dengan orang yang layak menjadi kakeknya. Entah apa yang ada dalam benak anak- anak masa kini? Mungkinkah hal itu dapat dipandang sebagai sebuah era di mana cekaknya mentalitas berpikir dunia anak menjadi tren? Atau tidakkah salah satu penyebabnya juga karena persoalan sepele di atas, yakni masalah penempatan musik?

Memang terlalu dini menyangkutpautkan persoalan itu dengan realitas musik bertema "asmara dan cinta-cintaan" dalam dunia anak- anak. Setiap orang dapat melagukannya dengan ekspresi dan pembawaan masing-masing, terlebih untuk kepentingan materi. Musik dapat digubah menjadi alat yang mampu mendatangkan timbunan rupiah yang terkadang lebih penting dari efektivitas musik itu sendiri. Akan tetapi, jangan hanya persoalan materi kita akan mengorbankan dan menghilangkan sebuah masa. Masa di mana penuh imajinasi, canda tawa, keluguan, dan apa adanya, yakni "masa anak-anak".

Di sini sama sekali tidak ada maksud untuk menyalahkan musik. Hal ini karena pada dasarnya musik adalah benda mati yang akan hidup ketika manusia membutuhkannya. Bukan juga hendak menyalahkan anak- anak yang beranjak dewasa sebelum waktunya karena melagukan sebuah musik. Namun, sudah selayaknya kita kembalikan sebuah masa bagi anak- anak yang kini telah hilang dengan menempatkan musik pada koridor dan ruang yang semestinya.

ARIS SETIAWAN Dosen Etnomusikologi Institut Seni Indonesia Surakarta

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com