Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Slank Kapan Berkonser Lagi?

Kompas.com - 21/03/2010, 13:50 WIB

Slank memang masih sempat tampil dalam acara Soundrenaline di kompleks Garuda Wisnu Kencana, Bali, November tahun lalu. Setelah itu mereka sempat tampil beberapa kali lagi di Bali, tetapi tidak dalam bentuk konser terbuka. Satu-satunya konser publik yang diizinkan hanya di ruangan tertutup sebuah kelab di Makassar, Februari lalu. ”Itu pun dibatasi penontonnya, enggak boleh lebih dari 1.300 orang,” kata Bimbim lagi.

Terkait KPK?

Sempat beredar rumor bahwa pelarangan Slank tampil secara terbuka ini terkait dengan dukungan Slank terhadap langkah pemberantasan korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Memang sejak tahun 2007, Slank menunjukkan dukungan nyata terhadap setiap langkah KPK. Maret 2008, mereka bahkan menggelar konser kecil di Gedung KPK yang dibalas dengan kunjungan Ketua KPK (waktu itu) Antasari Azhar ke markas Slank bulan berikutnya.

Jika isu ini benar, maka hal itu tentu saja sangat memprihatinkan mengingat makna dan arti penting kelompok musik seperti Slank bagi negeri ini. Selain meneriakkan pemberantasan korupsi, Slank juga pernah menjadi ”duta” bangsa tidak resmi saat menggelar tur konser di 15 kota di Amerika Serikat, Oktober 2008.

Di saat sebagian besar penduduk AS masih penuh prasangka buruk terhadap Indonesia, terutama yang dikaitkan dengan fundamentalisme agama, mereka di sana menegaskan bahwa Indonesia adalah tanah beradab dan berbudaya.

Menanggapi hal itu, Bimbim tidak berkomentar banyak. Ia mengaku sampai sekarang tidak mendapatkan informasi bahwa pelarangan itu berkaitan dengan dukungan mereka terhadap KPK. ”Kami sampai sekarang masih berprasangka baik bahwa pengajuan izin konser-konser Slank itu timing-nya tidak tepat saja, saat lagi banyak peristiwa di luar,” tuturnya.

Bimbim hanya mengatakan, di saat kondisi masyarakat gelisah seperti saat ini, konser-konser Slank seharusnya justru bisa menjadi katup pelepas kegelisahan itu sehingga tidak meledak menjadi kerusuhan massa yang akan merugikan semua pihak.

Media nonkekerasan

Menurut sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito, saat ini kesadaran orang tentang demokrasi mulai muncul. Di tengah situasi seperti itu, musik menjadi penting karena dia bisa menjadi media kritik sosial nonkekerasan. Jadi, media kritik sosial seperti ini seharusnya dipelihara karena bisa mendorong demokrasi yang sehat, bukan justru diberangus.

”Daripada menghadapi kritik dengan kekerasan, kan, lebih mudah menghadapi kritik sosial nonkekerasan lewat musik, drama, teater, puisi, dan lain-lain,” kata Arie.

Adapun Deputi Direktur Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Agus Sudibyo menilai, jika benar polisi menghambat atau melarang konser-konser Slank, hal itu melanggar kebebasan berekspresi. Menurutnya, setiap warga negara Indonesia, termasuk seniman, berhak menyampaikan ekspresinya. ”Nah, kalau dihambat atau dilarang, itu harus dipersoalkan, apalagi kalau pelarangan itu terkait dengan sikap politik Slank yang selama ini mendukung kampanye antikorupsi.
Seharusnya, Slank itu justru dijadikan model buat band-band lain agar terlibat dalam kampanye antikorupsi,” ungkapnya.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Boy Rafli Amar yang dikonfirmasi terkait keluhan Slank menolak tegas tuduhan bahwa larangan konser Slank di Tangerang dan Bekasi terkait kedekatan mereka dengan KPK. Polisi juga, menurutnya, tidak menerima instruksi untuk mempersulit perizinan bagi Slank.

Bulan April mendatang, ada dua jadwal penampilan Slank, yakni di ajang Live Earth di GWK, Bali, 18 April, dan konser peluncuran album baru Slank yang rencananya digelar di arena PRJ Kemayoran. (BSW/ONG)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com