Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Korban Gempa China Nelangsa

Kompas.com - 16/04/2010, 08:16 WIB

Bantuan sudah dialokasikan, kata Zou, tetapi belum berhasil dikirim karena sulitnya transportasi ke daerah gempa. Masih banyak ruas jalan rusak, selain retak-retak juga tertimbun tanah longsor

Stadion olahraga di Yushu berubah menjadi rumah sakit darurat, tetapi tidak memadai untuk menampung para korban yang terluka. Puluhan korban yang umumnya dari etnis Tibet dibaringkan di tanah lapang terbuka di luar stadion dengan kondisi kaki dan tangan patah.

Konvoi bus pembawa regu penolong dan truk tentara pengangkut makanan dan obat-obatan sedang bergerak dari Yushu menuju Xining, ibu kota Provinsi Qinghai. Konvoi menyusuri jalan berliku sejauh 1.000 kilometer di bawah cuaca buruk seperti hujan es, badai pasir, dan angin dingin yang mengganggu perjalanan.

Biksu Buddha Tibet adalah pihak pertama yang memberi bantuan penyelamatan sebelum tentara datang. ”Kami yang pertama memberikan pertolongan,” kata seorang biksu sambil menggali puing di alun-alun. Buddha Tibet sering bertentangan dengan penguasa Partai Komunis China.

Kenangan Sichuan
Gempa dahsyat kali ini mengingatkan kembali dengan musibah serupa pada Mei 2008 di Provinsi Sichuan, yang menelan korban tewas hingga 80.000 orang. Saat itu, banyak sekali gedung sekolah roboh. Hal itu menimbulkan kemarahan warga yang kemudian menuduh perusahaan pembangun gedung sekolah korupsi.

Presiden Hu Jintao dan Perdana Menteri Wen Jiabao menyerukan upaya penyelamatan harus dilakukan secara maksimal. Wakil Perdana Menteri Hui Liangyu berangkat ke Qinghai untuk mengawasi proses evakuasi korban.

Simpati dunia mengalir terhadap para korban gempa. Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama menyampaikan ucapan turut berdukacita. Jepang juga turut menawarkan bantuan.

Utusan dari anggota Dewan Keamanan (DK) PBB dan negara lain juga menyampaikan belasungkawa. Presiden Taiwan Ma Ying-jeou juga menyatakan siap mengirimkan bantuan.(AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com