Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Magelang di Panggung Madonna

Kompas.com - 18/06/2010, 07:08 WIB

Di luar segi kekeluargaan, disiplin profesional merupakan hal yang tak bisa ditawar-tawar. Seorang penata rambut yang memasang wig miring langsung dipecat. Begitu pula juru masak, yang masakannya membikin sakit perut, langsung diberhentikan. Disiplin lain, seluruh kru tidak boleh mabuk. Kalau mereka pelesir keluar dari rombongan di suatu kota, pasti disertai pengawal yang bertugas mengawasi mereka. Jika mabuk, laporan akan segera sampai kepada sang mahabintang Madonna.

"Madonna sangat tahu apa yang ia lakukan. Ia hanya berucap sekali dan itu harus dituruti. Seperti sabda pendita ratu," ucap Eko tertawa. Di lain pihak, Sang Dewi ini juga dikenangnya sebagai sangat perhatian. Pernah Eko kecelakaan dalam pertunjukan di panggung yang membuatnya pingsan, disusul perawatan beberapa hari selama tur. Selama ia dalam perawatan, katanya, hampir setiap jam Madonna menelepon menanyakan keadaannya.

Dengan pengalaman seperti itu, tak terbayang ketika tur berakhir dan semua pemain harus berpisah. Eko masih ingat bagaimana pertunjukan terakhir berlangsung di Los Angeles, bertepatan dengan ulang tahun Madonna. Madonna dikenal tidak menyukai kejutan. Justru saat itu, semua pemain bersepakat untuk mengejutkan Madonna dengan mengacak-acak urutan, bahkan semua pakem pertunjukan terakhir tersebut.

"Pertunjukan terakhir benar-benar khaos. Urutan lagu berubah tanpa Madonna tahu dan tak bisa apa-apa. Seusai pertunjukan, Madonna menangis karena terharu," cerita Eko. Katanya, Madonna kembali menangis ketika dalam malam perpisahan Eko menyerahkan keris sebagai kenang-kenangan.

Kembali ke Solo Kini, Eko kembali ke Institut Seni Indonesia (ISI), Surakarta, kampus yang membesarkannya. Melatih para penari yang juga mahasiswanya untuk pentas drama musik Diana, Eko berdiri di tengah ruang latihan di kampus itu sembari menceritakan betapa bersejarah tempat latihan itu baginya. "Dari mahasiswa saya latihan di sini," katanya.

Ia menarik lebih ke belakang lagi kisah hidupnya sebelum menentukan jalan hidup sebagai penari. Semasa kecil, ia berlatih pencak silat kepada kakeknya, Djoyo Prajitno, di Magelang. Darah seni pada dirinya kemungkinan mengalir dari sang kakek. Ia melanjutkan ke ISI Surakarta setamat Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri Magelang.

Ia menyebut semua orang terdekatnya yang berjasa bagi kariernya, yakni Soebardjono dan Supriyati (keduanya sudah almarhum), adik satu-satunya Dwi Rahayu Fitriyanti, istrinya yang juga penari dan koreografer, Astri Kusuma Wardani, serta anak-anaknya: Candra Suryavimala dan Lintang Hinepukohu. Mereka itulah yang mendorong anak Magelang ini bukan hanya di panggung Madonna, tetapi juga keikutsertaan dalam berbagai proyek dalam negeri sendiri ataupun internasional. Salah satunya, kalau Anda ke New York, nonton Lion King di Broadway, di situ Eko juga punya jejak sebagai konsultan tari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com