Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkutaman di Panggung Pinggir Pantai

Kompas.com - 15/10/2010, 02:43 WIB

Apalagi pada saat bersamaan, di panggung Langit Musik tampil The Vines, asal Australia, yang cukup menyedot perhatian penonton. Jadilah, kecil kemungkinan penonton beringsut menuju panggung Demajors. Kecuali tentu, penggemar setia Bangkutaman.

Alhasil, malam itu Bangkutaman hanya dimiliki oleh tak lebih dari sekitar 100 penonton. Mereka bertepuk tangan, menyambut penampilan Acum dan kawan-kawan di atas panggung.

Begitu musik mulai mengalun, suara gemuruh dari panggung lain yang terdengar sayup-sayup tak lagi terasa mengganggu. Di bibir pantai yang sepi dan temaram, penggemar Bangkutaman khusyuk meresapi penampilan band yang baru saja meluncurkan album baru itu, tanpa euforia berlebihan.

Kritik tentang Jakarta yang macet dan ruwet, kisah para pekerja malam di antara kerasnya kehidupan di belantara rimba Jakarta, lantang terdengar dari panggung di bibir pantai itu. Sebuah ironi di antara sepoi angin dan debur ombak pantai.

Namun, nomor-nomor seperti ”She Burn The Disco” dan ”Catch Me When I Fall” sukses membuat penonton tidak berhenti bertepuk tangan mengikuti lagu, menggoyangkan badan, hingga melafalkan syair bersama-sama.

”Kami senang bisa berada di sini,” teriak Acum.

Bangkutaman menyuguhkan musik yang tertata rapi, bersih sekaligus bertenaga. Paduan permainan gitar, bas, dan drum yang bertenaga, ditingkahi suara harmonika dan kibor yang atraktif, membuat musik yang mereka mainkan terasa ”penuh”. Nuansa folk terasa kental di setiap nomor yang mereka bawakan.

Satu lagi yang pantas dicatat, malam itu tidak ada jarak antara Bangkutaman dan penonton. Panggung Demajors menjadi konser intim yang memungkinkan para personel Bangkutaman berkomunikasi akrab dengan penonton. Koor na-na-na-na yang panjang dari ”Ode Buat Kota”, menutup manis penampilan Bangkutaman malam itu.

Zea, seorang penggemar yang hadir menyaksikan Bangkutaman, mengatakan, dia sengaja datang ke Pantai Carnaval untuk menyaksikan penampilan Bangkutaman. Dia menyukai Bangkutaman justru karena nuansa rock-nya yang tak terlalu kental.

”Lagu-lagunya enak didengar. Musiknya bagus, liriknya juga kritis. Banyak mengangkat soal kehidupan di Jakarta yang keras,” kata Zea. Dia yakin, Bangkutaman memiliki masa depan cerah di blantika musik Tanah Air. (DWI AS SETIANINGSIH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com