Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awal Perpisahan Sihir Potter

Kompas.com - 28/11/2010, 03:19 WIB

Myrna Ratna

Petualangan Harry Potter memasuki babak akhir. Kelam dan mencekam. Sekuel terbaik David Yates.

Selamat tinggal Hogwarts. Tak ada lagi pelajaran sihir, tak ada lagi seragam sekolah. Harry Potter, Hermione Granger, dan Ron Weasley kini terbebas dari aturan sekolah dan rumah. Mereka punya tanggung jawab yang lebih berat. Di tangan mereka jagat dunia sihir dan masa depan kaum Muggle (keturunan campuran) ditentukan.

Hanya dalam hitungan jam, Harry Potter akan menginjak usia 17 tahun, dan ia akan kehilangan kekebalan sihir yang diwariskan mendiang orangtuanya. Artinya, Harry bisa mati. Dan, Lord Voldemort—tokoh tiran dunia sihir yang menjadi musuh besar Harry—beserta para pengikutnya sangat menantikan kesempatan ini. Apalagi, mereka sepenuhnya telah menguasai kementerian sihir.

Di film bertajuk Harry Potter and the Deathly Hallows: Part 1 ini, tokoh-tokoh yang pernah mewarnai hidup Harry di Hogwarts, seperti Alastor ”Mad Eye” Moody, Remus Lupin, Mundungus Fletcher, Tonks, Fleur, dan Hagrid, berkumpul untuk sebuah tugas penting: menyusun strategi untuk memindahkan Harry dari rumahnya di Privet Drive Nomor 4 ke tempat aman. Lewat ramuan ajaib Mad Eye, Harry pun ”dikloning” menjadi kembar tujuh. Namun, ide brilian itu berantakan ketika para Death Eaters menyergap di tengah perjalanan dan mampu mengendus sosok Harry asli.

Film ini mempersiapkan penontonnya untuk memasuki babak ”perpisahan” dengan tokoh ciptaan JK Rowlings yang bukunya laris ratusan juta eksemplar di seluruh dunia itu, termasuk menggiring penonton memasuki dunia dewasa yang dekat dengan kematian, perpisahan, pengkhianatan, dan pertumpahan darah.

Sebetulnya, ”kekelaman” itu sudah terasa di sekuel film sebelumnya (Harry Potter and the Half-Blood Prince), tetapi Deathly Hallows jauh lebih menekan. Tak ada lagi keceriaan dan kejahilan anak-anak sekolah. Dari awal hingga akhir, tiga sekawan ini terus bergulat dengan persoalan hidup-mati. Tak sedikit korban jiwa di sini, dan mereka adalah orang-orang yang sangat dekat dengan Harry.

David Yates yang berturut-turut menangani film Potter sejak sekuel kelima memberikan upaya terbaiknya untuk film ini. Dengan dukungan penulis skenario Steve Kloves, ia berhasil memilih gagasan cerita yang penting ditonjolkan dan diolah ke dalam adegan yang mengaduk emosi.

Mencekam

Dukungan efek khusus dan tata suara canggih membuat adegan pertempuran dan pengejaran menjadi mencekam. Lihatlah ketika Nagini, ular Voldemort yang garang, berubah wujud menjadi Bathilda Bagshot. Toh, Yates juga memberi ruang yang luas bagi sekuens lambat untuk menekankan rasa kesepian dan kesendirian.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com