Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menghidupkan Kota, Menyalakan Museum

Kompas.com - 12/03/2011, 07:47 WIB

”Sayang kan, kalau lukisan, patung batu, atau barang-barang seni lain koleksi museum cuma menumpuk di gudang yang gelap dan tak terpelihara. Lebih baik dipajang di tempat terang dan terpelihara,” tutur Olga.

Ia bahkan berkeinginan bersama investor lain menyemarakkan kota lama dengan ”rumah-rumah singgah”.

”Kalau dilibatkan, aku mau membantu mengintegrasikan kawasan pecinan lama di kawasan Jalan Perniagaan sampai Jalan Tubagus Angke. Itu, kan, kawasan pecinan terbesar di dunia,” ujarnya.

Menurut Olga, eksotisme oriental di Hongkong, bahkan di Shanghai, China, bisa ”lewat” kalau kawasan pecinan lama tersebut dibangun menjadi destinasi wisata.

”Saya tahu kawasan ini menyimpan segudang cerita masa lalu yang membanggakan,” tutur Olga lagi.

Olga dan Anya pernah menyampaikan niat itu kepada sejumlah petinggi DKI Jakarta. Akan tetapi, tampaknya, gayung belum bersambut. Padahal, mereka yakin kehadiran ”rumah-rumah singgah” bakal menimbulkan efek yang saling menguntungkan.

Anya dan Olga yang sudah banyak bergulat di dunia hiburan ini yakin, warga nantinya bisa mendapat tempat santai yang lebih memberi wawasan dan sehat ketimbang di mal. Museum pun mendapat suntikan biaya perawatan dari bisnis wisata budaya, sementara pemerintah provinsi diuntungkan oleh pendapatan pajak dan suasana wisata kota yang kian semarak.

Anya, yang memiliki usaha tur dan perjalanan Graha Wisata, lantas bermimpi satu saat kawasan Kali Besar di Jakarta Barat hingga kawasan Sunda Kelapa di Jakarta Utara juga bisa lebih berbinar waktu malam dibandingkan dengan kawasan Clarke Quay di Singapura.

”Terang bulan di Kali Besar akan lebih penuh kenangan ketimbang terang bulan di Clarke Quay,” ucap Anya.

Dia membayangkan, kawasan yang bertebaran museum dan deretan bangunan dibuat pada pertengahan abad ke-18 hingga awal abad ke-19 ini dibelah kali yang bisa dilewati perahu-perahu wisata.

”Saya membayangkan juga satu saat ada beberapa pelukis bekerja di tepi Kali Besar di bawah naungan purnama,” kata Anya sembari tersenyum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com