Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miyagi Sering Mengalami Tsunami

Kompas.com - 12/03/2011, 09:11 WIB

”Dorongan gelombang tsunami dengan gelombang laut berbeda. Gelombang tsunami akan terus-menerus membawa perahu ke pantai. Adapun gelombang laut biasa hanya membuat perahu nelayan berayun,” ujarnya.

Ditentukan region

Tentang kaitan gempa satu daerah dengan daerah lain pada satu lempeng yang sama, menurut peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, di Bandung, Jawa Barat, Danny Hilman Natawijaya, saat dihubungi dari Jakarta, menyatakan gempa di suatu daerah ditentukan kondisi masing-masing sumber gempa.

Pergerakan Lempeng Pasifik di Selandia Baru dan Jepang tidak akan memengaruhi pergerakan Lempeng Pasifik di Papua karena lokasinya yang jauh.

Setelah gempa 6,3 skala Richter melanda Christchurch, Selandia Baru, 22 Februari, kemarin terjadi gempa 8,9 skala Richter yang mengguncang Sanriku Oki, Jepang—keduanya berada di sisi barat Lempeng Pasifik. Meski demikian, di wilayah Indonesia yang juga terdapat Lempeng Pasifik, seperti Papua dan Maluku Utara, tidak otomatis akan terjadi gempa.

Kondisi berbeda terjadi pada gempa di Aceh, Nias, Mentawai, dan Padang beberapa waktu lalu. Daerah-daerah itu terletak pada lempeng yang sama dan jaraknya sangat berdekatan.

”Aturan umumnya, makin jauh jarak antarsumber gempa, pengaruhnya akan semakin berkurang,” katanya.

Lempeng Pasifik terbentang dari Jepang dekat Kutub Utara hingga ke dekat Kutub Selatan bumi. Meski berada dalam satu lempeng, lempeng ini memiliki banyak bagian yang masing-masing bergerak sendiri dengan arah berbeda-beda. Lempeng Pasifik di dekat Papua bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan 12 sentimeter per tahun.

”Pergerakan Lempeng Pasifik di Selandia Baru atau Jepang tidak akan membuat pergerakan Lempeng Pasifik di Papua menjadi lebih cepat atau melambat,” katanya.

Fauzi juga menjelaskan, wilayah Papua menyimpan potensi gempa besar, sama seperti pesisir barat Sumatera. Namun, kapan waktu pasti terjadinya gempa belum bisa diprediksi dengan teknologi yang ada.

Potensi gempa diprediksi sesuai dengan intensitas gempanya yang dinyatakan dengan skala Richter. Semakin tinggi skalanya, semakin kecil potensi terjadinya gempa karena energinya besar sehingga butuh waktu lebih lama untuk mengakumulasikan energi. Gempa yang diprediksi akan sering terjadi adalah yang berkekuatan 5 skala Richter ke bawah. (ISW/MZW/YUN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com