Meski penonton dijamu dengan ”keindahan” gambar, jalan cerita dari setiap film horor tersebut cenderung membingungkan. Kisah dan alur cerita sering kali tidak logis. Film menyodorkan sosok hantu dan monster secara berlebihan dengan frekuensi penampakan kelewat sering.
Hingga akhir cerita, tidak ada penjelasan kenapa hantu pocong yang biasanya berjalan melompat-lompat tiba-tiba berubah ngesot di film Pocong Ngesot. Setelah membalas dendam kematiannya, hantu perempuan di film Arwah Goyang Jupe Depe diceritakan menuju Bandara Soekarno-Hatta untuk ikut tur tari ke Eropa.
Jauh dari kata menegangkan, penonton film Jenglot Pantai Selatan dibuat tertawa terbahak-bahak ketika pemain utama perempuan, Temmi, berhasil memasukkan jenglot ke dalam karung plastik dan memukulinya menggunakan wajan. Ketika si jenglot bisa kabur dari karung, Temmi pun mencoba membuat jebakan dengan umpan daging ayam untuk memasukkan jenglot ke dalam alat pemanggang daging. Jenglot masuk perangkap dan dibakar di dalam microwave.
Jenglot memilih raga Temmi untuk menjadi rumah barunya. Film berakhir dengan kebingungan di benak penonton. Kenapa jenglot memilih merasuk ke tubuh Temmi dibanding banyak gadis seksi lain yang sudah dimangsanya. Seusai pemutaran film perdana di fX pada Rabu (16/2), pemeran sang dukun baru menjelaskan bahwa jenglot mencari gadis perawan.
Hantu dari masa ke masa
Kehadiran hantu yang menegangkan diramu dengan adegan komedi. Itu merupakan cara paling mudah mengundang gelak tawa penonton. Jurus lain lagi adalah dengan menghadirkan pemeran waria seperti di film Arwah Goyang Jupe Depe dan Pocong Ngesot. Sutradara Rizal Mantovani mencoba menghadirkan yang berbeda lewat kehadiran sosok jenglot sebagai monster pembunuh. Film ini dirancang menyerupai film Barat tentang monster hiu atau monster piranha.
Hantu-hantu dalam film horor kita dari masa ke masa kurang lebih sama. Hasil penelitian Veronica menunjukkan, 49 persen jenis hantu dalam film horor Indonesia dari tahun 1926-1998 didominasi kuntilanak dan arwah perempuan. Dominasi kuntilanak dan arwah perempuan itu meningkat 66 persen pada 1998-2008. Sisanya, film horor banyak menggunakan tokoh hantu pocong dan hantu anak-anak.
Hingga tahun ini, formula yang sama pun masih digunakan untuk ”menakut-nakuti” penonton. Belakangan muncul apa yang disebut Rizal Mantovani sebagai legenda urban. Lokasi beroperasinya para hantu di daerah perkotaan. Suster Ngesot (2007) Terowongan Casablanca (2007), Hantu Ambulans (2008) adalah beberapa contoh legenda urban. Kini Rizal Mantovani memunculkan monster jenis baru seperti jenglot.
Ditilik dari sejarahnya, pembuatan film horor di Indonesia dimulai sejak tahun 1934 dengan lahirnya film Ouw Peh Tjoa (Doea Siloeman Oeler Poeti en Item). Film horor berlatar belakang cerita Tionghoa mendominasi bioskop Indonesia hingga tahun 1969, kemudian film horor lokal diproduksi.
Salah satu film horor yang cukup menghebohkan adalah Beranak dalam Kubur (1971) yang dibintangi Suzanna. Film dengan judul sama dibuat tahun 2007 dengan melibatkan Julia Perez sebagai sosok hantu.
Memasuki tahun 2007 dalam penelitian Veronica, produsen film horor kembali ke trik lama di era tahun 1990-an, yaitu dengan menonjolkan seksualitas dan komedi. Pesona raga dianggap sebagai pesona mata paling ampuh. Rizal Mantovani mengakui sengaja menampilkan gadis-gadis seksi dalam Jenglot Pantai Selatan demi menarik minat penonton.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.