Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rapsodi 40 Tahun QUEEN

Kompas.com - 04/04/2011, 09:56 WIB

Pada album kedua, Queen II (Maret 1974), terdengarlah karakter musik Queen seperti yang kita kenal saat ini. Karakter itu ditandai dengan penggunaan multilapis suara yang terkesan seperti paduan suara agung. Misalnya pada lagu ”White Queen”, ”Ogre Battle”, dan ”The Fairy Feller’s Master-Stroke”.

Perkembangan musik Queen itu rupanya mengecewakan penggemar yang kadung cocok dengan musik Queen pada album pertama. Roger Taylor dalam wawancara dengan majalah musik Q , London, edisi Maret 2011 memaklumi bahwa Queen tidak akan bisa memuaskan setiap orang.

”Saya ingat waktu Queen II keluar, banyak orang (yang tidak puas) seperti itu bilang, ’Itu bukan Queen lagi. Mereka (Queen) mengabaikan penggemar.’ Tapi itu mungkin hanya belasan orang saja. Orang lain bersorak ’Horeee...!’” kata Taylor.

Queen jalan terus sesuai kata hati para awaknya.

 ”Bohemian Rhapsody”

Lewat album ketiga, Sheer Heart Attack (November 1974), lagu-lagu Queen mulai bergerak dari kecenderungan progresif ke arah lagu-lagu yang lebih berorientasi pada radio-friendly alias lagu yang ramah bagi pendengar radio. Misalnya pada lagu ”Killer Queen”.

Album keempat, A Night at the Opera (November 1975), banyak disebut-sebut sebagai album terbaik Queen. Dari tingkat musik, lirik, dan artistik, album ini memang eksepsional. Album ini menunjukkan kematangan Queen dalam meramu unsur musik rock heavy metal, opera, romansa, balada, sampai jazz. Di album inilah termuat lagu legendaris ”Bohemian Rhapsody”, ”Love of My Life”, dan ”You’re My Best Friend”.

Ada yang menganalogikan A Night at the Opera sebagai Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band -nya Beatles. Roger Taylor menilai A Night at the Opera dan Sgt. Pepper’s sebagai karya rock yang sama-sama sangat eklektik—tergarap dari beragam pengaruh dan rasa musik.

Dalam A Day at the Races (November 1976) yang merupakan album kelima, Queen kembali ke musik rock gaya lama. Lirik lagu banyak berbicara tentang cinta dan optimisme. Tersebutlah, antara lain, ”Somebody to Love” sampai ”You Take My Breath Away” yang berlirik romantik seperti orang mabuk cinta: ” Look into my eyes and you’ll see/ I’m the only one/ You’ve captured my love. .. Stolen my heart/ Changed my life/ Everytime you make me move ...”.

Kebangkitan Queen

Terbitnya ke-15 album studio Queen juga menjadi penanda kebangkitan Queen untuk generasi baru yang belum lahir ketika Freddie Mercury meninggal pada 1991. Awak Queen memang sempat larut dalam duka ketika Freddie meninggal. ”Kami tak tahu harus bagaimana ketika dia meninggal. Kami berpikir itu akhir segalanya,” kata Roger Taylor dalam wawancara dengan BBC dalam rangka 40 tahun Queen.

Brian May bahkan pernah menolak bicara tentang Queen karena menganggap masa Queen telah lewat. Namun, ia kemudian kembali pada Queen yang telah menjadi bagian dari hidupnya.

”Saya menganggap Queen sebagai bayangan besar. Saya tidak bisa lari darinya. Itu bagian dari proses dukacita. Dan setelah kami kembali pada dunia nyata, Queen sebenarnya adalah kami sendiri. Queen bukan sesuatu yang berada di luar diri (kami). Kamilah yang menciptakan. Queen adalah ekstensi dari kami semua,” kata Brian May. (XAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com