Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Artis Mati Muda dan "Kutukan 27"

Kompas.com - 25/07/2011, 14:41 WIB

KOMPAS.com — Kematian penyanyi Inggris, Amy Winehouse, belum lama ini  memunculkan pertanyaan menggelitik. Kenapa banyak musisi terkenal harus meninggal saat ia berada di puncak kariernya dan usianya masih cukup belia?

Amy meninggal pada usia 27 tahun. Ia ditemukan tewas di kediamannya di London, Sabtu (23/7/2011). Pelantun lagu "Back to Black" ini ditemukan sudah dalam kondisi tidak bernyawa oleh petugas medis darurat yang mendatangi kediamannya dan polisi belum dapat menyimpulkan penyebab kematiannya.

Ia bernasib hampir sama dengan sejumlah musisi terkenal lainnya yang meninggal pada umur 27 tahun. Mereka adalah Kurt Cobain, Janis Joplin, Jimi Hendrix, Jim Morrison, Brian Jones, dan Robert Johnson. Joplin, Hendrix, Morrison, dan Jones bahkan meninggal berturut-turut dalam selisih waktu dua tahun antara yang satu dan yang berikutnya.

Fenomena musisi yang meninggal pada usia 27 memang menarik untuk ditelisik. Bahkan, Wikipedia memuat catatan bertajuk "Forever 27 Club". Sementara itu, ada pula yang membuat situs bernama "27 Curse" atau "Kutukan 27".

Apakah memang kematian mengejutkan musisi terkenal pada usia 27 ini hanya sebuah kebetulan? Ataukah memang ada benar-benar sebuah kutukan?

Konsultan kesehatan jiwa yang juga asisten profesor pada Counselor Education di  Florida Atlantic University, Stephanie Sarkis, mengungkapkan pendapatnya mengenai fenomena ini dalam www.huffingtonpost.com. Menurut dia, kasus ini dalam ilmu psikologi sosial dapat dijelaskan dalam teori atribusi kausal. Hal ini terjadi ketika atribusi seseorang atau kelompok dikaitkan dengan suatu penyebab tertentu.

Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilaku yang tampak. Atribusi boleh juga ditujukan pada diri sendiri (self attribution) dan atribusi pada orang lain.

Sarkis menjelaskan, ketika ada kasus kematian tragis seorang tokoh terkenal, masyarakat cenderung mencari alasan mengapa hal itu terjadi. Mereka akan mencoba memahaminya dan, ketika gagal, lalu akan mencari cara bagaimana agar alasannya masuk akal.

"Pada saat seorang musisi terkenal mati muda, kita mencoba untuk menemukan benang merah untuk memahami semuanya. Jadi munculah istilah 'Kutukan 27'," ungkap Sarkis.

Menurutnya, mencari alasan atau penyebab suatu peristiwa yang telah terjadi, seperti juga pada "Kutukan 27", merupakan bentuk dari perlindungan diri.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau