Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan Andong Menembus Salju

Kompas.com - 22/01/2012, 03:12 WIB

Indro Hardjodikoro and The Fingers bersama penyanyi Dira Sugandi menempuh perjalanan darat menembus musim dingin Rusia untuk memperdengarkan Indonesia lewat musik bernuansa Nusantara. Ini sebuah tur musik yang menuntut daya tahan fisik di tengah jadwal ketat dan suhu di bawah nol derajat celsius.

Indro dan kawan-kawan berturutan tampil di empat kota, yaitu di St Petersburg, Protvino, Moskwa, dan Elektrostal. Jadwal cukup ketat. Seusai konser di perhelatan musik musim dingin atau Petrojazz Zima di St Petersburg, Jumat (13/1) malam, mereka segera berkemas untuk naik kereta api menuju Moskwa pukul 01.40 tepat. Setiba di Moskwa, Sabtu sekitar pukul 10.00, rombongan segera berganti mobil untuk menuju Protvino, sebuah kota kecil berjarak 100 kilometer yang ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam di tengah hujan salju.

Kota besar-hutan kecil

Protvino adalah kota kecil dengan penduduk kurang dari 40.000 jiwa (bandingkan dengan penduduk Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, yang dipadati sekitar 80.000 jiwa). Namun, kota kecil ini mempunyai pusat kesenian, lengkap dengan panggung yang representatif untuk pentas kesenian, termasuk konser musik.

Gedung kesenian itu terletak dekat hutan kecil yang hari itu tampak memutih berselimut salju. Saat itu tengah berlangsung semacam pekan budaya. Hanya sekitar 50 penonton yang datang pada siang itu. Mereka terdiri dari orangtua sampai anak-anak. Namun, tingkat apresiasi mereka sangat tinggi. Itu terlihat dari respons antusias mereka terhadap penampilan Indro Hardjodikoro and The Fingers.

Setelah bermalam di Protvino, Minggu (15/1) pagi sekitar pukul 08.00 yang masih gelap gulita, Indro dan kawan-kawan bermobil menuju Moskwa. Mereka tampil pada malam hari di Music Town Club, sebuah kelab musik di tengah kota Moskwa. Kelab ini menjadi salah satu penanda era ”Wind of Change”, angin perubahan, termasuk pada orientasi budaya di negeri bekas Uni Soviet itu.

Interior kelab yang mengingatkan pada Hard Rock Cafe itu dipenuhi gambar para jawara musik seperti Led Zeppelin, Black Sabbath, Jimi Hendrix, Pink Floyd, sampai Santana. Wajah-wajah itu menandakan bahwa musik mereka kini juga bebas dimainkan. Pasalnya, pada era perang dingin, musik pun harus dikontrol oleh pemerintah. Innokenty, penyelenggara Petrojazz, masih merasakan bagaimana ia harus menghadapi sensor pemerintah pada penyelenggaraan perhelatan musik.

”Dulu musik dikontrol. Sebanyak 70 persen harus musik Rusia, 20 persen musik dari sesama negara sosialis lain, dan 10 persen musik Barat,” kata Innokenty.

Zaman telah berubah. Sejak sekitar 20 tahun lalu Led Zeppelin dengan ”Black Dog” atau ”Stairway to Heaven”-nya sudah mengalun di Rusia. Dan kini, band dari Indonesia dengan leluasa bisa menyuguhkan ”Panon Hideung” sampai ”Janger Bali” dan mendapat sambutan seru pula. Bahkan, beberapa pengunjung mendatangi Indro dan kawan-kawan untuk meminta tanda tangan pada CD Indro Hardjodikoro and The Fingers yang ludes dibeli di Rusia.

Di tempat-tempat tersebut lagu ”Panon Hideung”, ”Janger Bali”, dan ”Andong” mendapat tepuk tangan riuh. Begitu juga duet bas-vokal antara Indro dan Dira Sugandi dalam lagu standar ”Round Midnight” mendapat apresiasi. Artinya, komunikasi yang terkandung dalam musik itu sampai ke telinga dan hati publik Rusia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com