Film yang didanai Pemkab Wakatobi dan WWF ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan yang menunggu ayahnya yang kunjung pulang dari mencari ikan di laut.
Tidak seperti yang diyakini orang-orang di sekitarnya, sang anak bernama Pakis tersebut percaya bahwa ayahnya masih hidup dan akan segera pulang.
Selain berisi dengan konflik batin sang anak menghadapi ibu serta lingkungannya, film ini sarat dengan pesan perlindungan terhadap alam. Selain itu film ini juga secara nyata memaparkan surga laut Wakatobi.
Direkomendasikan Untuk Anak Sekolah
Karena tema serta sarat akan pesan lingkungan, film ini juga dipilih oleh sekolah-sekolah dasar di Berlin sebagai film yang direkomendasikan untuk ditonton para siswa. Tak ayal pada pertunjukan perdana, gedung pertunjukan disesaki oleh anak-anak tersebut.
Kedua bintang dalam film ini yaitu Eko dan Gita Novalista pun kewalahan dalam menjawab pertanyaan keingintahuan dari para penonton usia belia tersebut, termasuk melayani permintaan tandatangan.
Selain dua film panjang di atas, film pendek hasil karya Sammaria Simanjuntak masuk ke dalam daftar nominasi. Film berjudul 7 Deadly Kisses berdurasi 4 menit. Diakui oleh sang sutradara bahwa film ini dibuat dengan ide iseng.
Tiap tahapan pembuatannya pun hanya berlangsung dua jam, merancangnya 2 jam, pengambilan gambarnya 2 jam, editingnya pun 2 jam. Dalam film ini Sammaria Simanjuntak memberikan gambaran tentang 7 ciuman yang tidak boleh dilakukan jika ingin tetap langgeng berpacaran.
Satu hal yang unik dalam Berlinale adalah banyaknya tema-tema kontroversial yang diangkat seperti kebebasan, konflik, hak asasi, lingkungan, kemiskinan, dan kaum minoritas, bukan hanya permasalahan cinta. Satu film Indonesia yang masuk dalam kategori Panorama juga mengusung tema minoritas.
Film berjudul Children of Srikandi karya bersama sineas Indonesia dan Jerman sempat dijagokan dalam kategori Panorama tersebut. Film ini mingisahkan kehidupan lesbian di berbagai kota-kota besar di Indonesia.