Loomis, yang berbicara dalam diskusi mengenai pilpres AS di Kedutaan Besar AS di Jakarta, Senin (21/5), menambahkan, penilaian itu akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi AS menjelang pelaksanaan pilpres, 6 November nanti.
Ia bahkan mengatakan hasil pilpres AS sudah bisa diprediksi dengan melihat dua indikator utama pada 1 Juli mendatang, yakni tingkat pengangguran di AS dan tingkat dukungan terhadap presiden. ”Jika pada tanggal 1 Juli angka pengangguran bisa di bawah 8 persen dan terus turun, dan tingkat dukungan kepada Obama di atas 50 persen, bisa dikatakan Obama akan menang. Tetapi jika tidak, Romney punya kesempatan besar untuk menang,” ujar Loomis.
Masalahnya, lanjut Loomis, kondisi ekonomi itu bisa berubah di luar kendali Obama dan Romney. Apa yang terjadi di zona euro, misalnya, bisa mendadak menyeret AS kembali ke situasi krisis dan akan sangat berdampak pada penilaian kinerja Obama meski dia tak berperan langsung di zona euro.
Sementara itu, tim kampanye Obama terus menyerang Romney terkait rekam jejaknya saat menjadi bos perusahaan pengelola dana investasi Bain Capital. Hari Senin, tim Obama meluncurkan iklan televisi berisi kisah para mantan pekerja perusahaan yang bangkrut setelah Bain Capital mengambil alih perusahaan itu, pertengahan 1990-an.