Band Seringai asal Jakarta juga punya cerita tak sedap di Bandung sampai-sampai mereka membuat lagu berjudul ”Dilarang di Bandung”. Pada 2008, polisi di Bandung sempat menangkap penggemar yang memakai kaus Seringai karena dianggap menyindir institusi itu.
Stigma itu pelan-pelan coba diruntuhkan oleh para metalheads sendiri. Beberapa konser metal berskala nasional dan internasional digelar. Hasilnya: tak terjadi lagi keributan yang meresahkan.
Iman ”Kimung” Rahman dari penerbit Minor Books yang banyak mengeluarkan buku-buku bertema metal underground, menuturkan, penggemar musik cadas adalah kaum minoritas jika dibandingkan penikmat musik pop. Oleh karena itu, mereka secara tidak sadar mengembangkan solidaritas di antara mereka. Solidaritas inilah yang membuat beberapa penyelenggaraan konser metal berjalan lancar.
”Ada perasaan saling menjaga sesama anak metal. Rasa itu sebenarnya terbentuk dari fanatisme penggemar. Karena itulah, mereka ingin acara yang menampilkan musik kegemaran mereka bisa berlangsung dengan aman. Biasanya justru bukan penggemar sejati yang menyulut keributan,” kata Kimung yang pernah memperkuat band hardcore Burgerkill ini.
Kimung, yang juga guru sejarah dan geografi di SMP Cendekia Muda, Arcamanik, Bandung, ini tertawa menanggapi simbol-simbol yang umumnya lekat dengan kekerasan, kematian, sampai spiritualisme. Menurut dia, lirik yang lekat dengan hal negatif mencerminkan hal yang terjadi di kehidupan nyata. Sebaiknya, lirik-lirik dan gambar yang ada dalam album metal dicermati dengan cerdas.