Awak band yang dulu bernama Peterpan merilis album baru tanpa vokal Ariel. Lewat album instrumental bertajuk Suara Lainnya
”Kami kepikir bagaimana semangat harus terus jalan. Konsep apa yang tepat dengan membiarkan saja posisi vokal kosong?” kata Uki, pemain gitar rhythm eks Peterpan, Selasa (22/5) di Musica Studios, Jakarta.
Perlu dicatat, mereka di album ini tidak mengibarkan nama Peterpan, tetapi membawa nama personel, yaitu Ariel, Uki (gitar), Lukman (gitar), Reza (drum), dan David (keyboards). Nama Ariel tercantum karena secara ide masih berperan, meski secara fisik ia nonaktif.
Menarik disimak bagaimana band yang selama ini bertumpu pada vokal Ariel itu kini hadir menyuguhkan karya instrumental. Mereka tidak sekadar mengalihkan fungsi vokal ke instrumen musik, tetapi menafsir ulang secara instrumental lagu-lagu yang pernah dipopulerkan Peterpan. Bisa dikatakan pada album ini tidak ada lagi jejak rasa garapan lama versi vokal Ariel.
Sekadar pembanding, lagu-lagu Koes Plus pernah dibuat versi instrumental oleh saksofonis Albert Sumlang. Pada lagu-lagu tersebut, saksofon Albert masih menari-nari di atas aransemen versi asli dari Koes Plus. Begitu pula saksofon menirukan alur melodi versi vokal dari Koes Plus. Pada album instrumental Suara Lainnya, kawan-kawan Ariel itu melepas rasa lama. Mereka mengemas karya lama dengan pendekatan yang dirancang untuk suguhan instrumental, bukan garapan musik yang berorientasi pada vokal.
Dengan pendekatan seperti itu, mereka bisa leluasa menggagas bentuk dan rasa baru dari lagu-lagu Peterpan. Keleluasaan gagasan itu termasuk dalam urusan melibatkan seniman lain untuk memainkan lagu Peterpan. Untuk lagu ”Sahabat,” misalnya, awak eks Peterpan menggagas untuk menampilkan kelompok Karinding Attack sebagai penafsir. Hasilnya adalah lagu ”Sahabat” dan ”Di Belakangku” dengan sentuhan etnis, bernuansa kesunda-sundaan khas Karinding Attack. Mereka adalah kelompok musik modern dengan basis tradisi. Mereka antara lain memainkan instrumen karinding serta suling sunda.
Lagu ”Taman Langit” digarap dengan musik yang mengingatkan kita pada bentuk-bentuk sonata. Pada lagu ini
”Bintang di Surga” digarap dengan unsur suara gesek (string). Jika dibandingkan dengan versi vokal, lagu tersebut bisa dikatakan sebagai bukan tipikal milik Peterpan. Akan tetapi, kreativitas memang tidak dibatasi oleh tipikalisasi yang bisa memasung eksplorasi.
Uki mengakui bahwa albumnya tergolong idealistis. Di satu sisi ia paham benar segmen pasar Peterpan itu seperti apa. Di sisi lain, ia tidak mau terjebak dalam tipikalisasi yang diberikan oleh segmen pasar mereka. ”Saya juga mau melirik kiri-kanan. Kami berusaha tampil beda tanpa ada yang harus dikorbankan,” kata Uki yang respek pada penggemar Peterpan.