Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dangdut DARI KAMAR IKKE

Kompas.com - 27/05/2012, 04:00 WIB

Di meja sudut ruang tengah, Ikke meletakkan beberapa suvenir dari penggemar. Sebuah foto menampilkan Ikke muda dengan rambut ikal sedang menyanyi di Lumajang. Foto seukuran kartu pos yang dibubuhi nama dan tanda tangan pengirimnya itu diambil tahun 1980-an.

Ia juga menyimpan suvenir lain yang kebanyakan berupa boneka. ”Sampai sekarang banyak yang ngirim boneka. Padahal, aku sudah tidak remaja,” kata Ikke tertawa.

Sebelum pindah ke rumah itu, Ikke sempat beberapa kali pindah rumah. Ia lahir dan besar di Pademangan sebelum pindah ke Cakung dan Cibubur. Ia juga sempat tinggal di Ciganjur.

Lantai bolong

Di Pademangan, biduan bernama asli Hartini Erpi Nurjanah ini mulai berkenalan dengan dangdut. Ia tumbuh di keluarga yang hobi menyanyi. Ibunya penyuka pop, sedangkan ayahnya pencinta lagu Melayu Deli.

Saat kecil, Ikke sudah sering tampil menyanyi di sekitar rumah yang berdekatan dengan Pantai Ancol itu. Ia paling senang menyanyikan lagu ”Bunga Dahlia” yang dipopulerkan Ida Laila. Tetangganya yang seorang pemandu bakat langsung mengajak Ikke rekaman.

Di bangku kelas I SMP, Ikke sudah rekaman dengan Mus Mulyadi. Mereka berduet menyanyikan lagu ”Semangkok Bersama Sesendok Berdua” (1987). Kala itu, dalam setahun, Ikke bisa meluncurkan dua hingga tiga lagu.

Di panggung, Ikke hanya menyapa penggemarnya dengan ucapan, ”Halo, selamat siang, lagu pertama....” Ia kemudian banyak belajar tentang cara penguasaan panggung ketika menyanyi bersama pedangdut senior seperti Evie Tamala.

”Mentalku belum siap ketemu masyarakat dangdut yang kadang nakal banget. Enggak kuat mentalnya. Belum bisa merekrut mereka dengan bahasa komunikasi saya,” ujar Ikke.

Dulu, Ikke harus pintar menyesuaikan kostum ketika tampil di panggung yang lantainya bolong-bolong. Ada saja yang nonton dari kolong panggung. Ikke pun harus menghadapi pencinta dangdut yang mabuk dan melontarkan omongan kasar.

Kini, dangdut bagi Ikke menjadi jalan hidup. Ikke bertekad, goyang dangdut tak harus erotis, pakaian penyanyi dangdut harus sopan, dan dangdut harus menjadi milik semua kalangan. ”Penonton butuh kedekatan. Bukan jarak,” kata Ikke.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com