Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Massa Arak 'Tikus Berdasi' di Alun-alun Malang

Kompas.com - 10/12/2012, 13:15 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis

MALANG, KOMPAS.com - Ratusan mahasiswa dan masyarakat Malang, Jawa Timur, yang tergabung dalam Forum Rakyat Anti Korupsi (Fraksi) Malang Raya menggelar unjuk rasa di depan Balaikota Malang, Senin (10/12/2012). Mereka juga mengarak patung 'tikus berdasi' keliling Alun-alun Kota Malang.

Massa aksi terdiri dari Malang Corruption Watch (MCW), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Lembaga Bantuan Hukum Malang (LBH), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).

Demo pertama dilakukan di depan Balaikota Malang. Mereka meminta ditemui langsung oleh Wali Kota Malang, Peni Suparto. Karena Peni tak bersedia menemui, massa melanjutkan aksi ke Alun-alun Kota Malang.

Dalam aksi tersebut mahasiswa juga berorasi dan membaca puisi. Mereka juga membawa poster dan spanduk yang bertuliskan "Basmi Koruptor dan Pelanggaran HAM serta "Korupsi dan Pelanggaran HAM Penyakit Kronis Indonesia".

Puluhan mahasiswa membawa patung 'tikus berdasi' yang diarak di depan Balaikota hingga Alun-alun Kota Malang.

"Simbol ini memberi tahu kepada masyarakat, bahwa Indonesia sudah banyak dihuni para 'tikus berdasi'. Masyarakat harus ikut serta berantas korupsi," tegas Didit Muhammad Soleh, koordinator aksi yang sekaligus koordinator MCW.

Menurut Didit, banyak kasus korupsi dan pelanggaran HAM di Malang Raya yang belum terselesaikan oleh penegak hukum.

"Di antaranya kasus korupsi laptop yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Malang, pembangunan DPRD Kota Malang yang tidak prorakyat, serta pembangunan Hotel Rayja di Kota Batu yang dianggap melanggar HAM," katanya.

Didit membeberkan sejumlah kasus korupsi lain, seperti kasus Dana Alokasi Khusus (DAK) di Kabupaten Malang dan kasus korupsi di kampus UIN Malang yang hingga kini belum tersentuh hukum.

"Kami juga menuntut penuntasan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir yang sampai kini juga belum mendapatkan perhatian serius dari aparat penegak hukum," katanya.

Sementara itu, Ketua PMKRI Malang, Matheus Naur, mengatakan sebagai generasi muda bangsa, pihaknya memang memiliki kewajiban untuk terus gencar menyuarakan Indonesia bebas dari korupsi.

"Kami berharap aksi ini, menjadi stimulus bagi gerakan pemuda di Indonesia," ujarnya kepada Kompas.com, di sela-sela aksi.

Ia menilai, melihat maraknya kasus korupsi yang dilakukan pemimpin bangsa Indonesia, membuat kondisi bangsa sudah tidak punya moral lagi. "Wakil rakyat tak bisa dipercaya rakyat. Penegak hukum malah membohongi rakyat," katanya.

Maka dari itu, mahasiswa dan masyarakat di Malang menolak dengan tegas, tindakan koruptor yang melakukan pembodohan terhadap masyarakat. Sementara pemerintah seakan tidak peduli.

"Partai yang menjadi sarang koruptor, harus dibuang dan rakyat jangan memilihnya. Demi keselamatan bangsa Indonesia," harapnya.

Aksi massa itu mendesak ditingkatkannya kinerja penegak hukum dalam memberantas korupsi dan pelanggaran HAM serta menolak UU Kamnas dan Ormas yang berpotensi terhadap pelanggaran HAM.

"Saatnya Indonesia bersih dari korupsi. Jika pemerintah tak mau diajak bersih dari korupsi, rakyat yang akan menjadi pengadilnya," tegasnya.

Dari Balai Kota Malang massa bergerak ke Alun-alun Kota Malang dengan mengusung membawa patung raksasa 'tikus berdasi" yang dikawal oleh "para koruptor yang sedang di sel".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau