Jatuhnya kota Al-Qusair ke tangan pasukan pemerintah dan milisi Hezbollah membuka jalan bagi rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad mengamankan kekuasaan di wilayah ibu kota Damaskus hingga pesisir Suriah dan sebagian besar wilayah perbatasan Suriah-Lebanon.
Demikian dilaporkan wartawan Kompas
Wilayah pesisir Suriah, termasuk kota pelabuhan Tartus dan Latakia, selama ini dikenal sebagai basis pendukung Presiden Assad. Skenario Assad adalah menjadikan wilayah pesisir itu sebagai sandaran terakhir rezimnya jika kelak terdesak dari kota Damaskus.
Keberhasilan pasukan Assad mengontrol kembali kota Al-Qusair, yang lebih dari setahun dikuasai pasukan oposisi, membuat kota Tartus kembali aman dari ancaman pasukan oposisi. Rusia memiliki fasilitas perawatan bagi kapal-kapal Angkatan Laut-nya di kota ini. Selain itu, kota ini juga diduga menjadi jalur utama suplai senjata dari Rusia ke Damaskus.
Kemenangan di Al-Qusair ini langsung dirayakan. Warga wilayah Beirut Selatan, yang menjadi basis Hezbollah, sejak Rabu hingga Kamis turun ke jalan sambil mengibarkan bendera Hezbollah berwarna kuning untuk merayakan kemenangan.
Aktivis Hezbollah membagi-bagikan kue dan permen kepada warga di kawasan itu. Deputi Sekretaris Jenderal Hezbollah Sheikh Naim Qasim mengatakan, pertempuran di Al-Qusair membawa satu pesan, yaitu melawan Israel dan siapa pun yang mengusung proyek Israel.
Di Damaskus, berita utama semua media propemerintah edisi Kamis menurunkan berita besar kemenangan di Al-Qusair.
Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi juga langsung menelepon Menteri Luar Negeri Suriah Walid al-Muallem, menyampaikan ucapan selamat.
Sebaliknya, sidang tingkat menlu Liga Arab, di Kairo, Rabu, mengecam keterlibatan pihak asing dalam pertempuran di Suriah, khususnya keterlibatan Hezbollah di Al-Qusair.