"Kami masih menyebut film ini untitled," kata Mann tentang film yang sedang dibuatnya di Jakarta.
Di berbagai pemberitaan internet, film ini disebut-sebut akan mengusung judul Cyber. Film produksi Legendary Pictures itu berkisah tentang kejahatan internet di wilayah Asia Tenggara. Pemerintah AS dan China bekerja sama membekuk penjahatnya. Hanya itu bocoran cerita yang didapat. Selain shooting di Jakarta, film ini juga mengambil gambar di Kuala Lumpur (Malaysia), Hongkong, dan tentu saja di Los Angeles, AS.
Produser eksekutif untuk shooting di Indonesia, Mike Wiluan, memberi tahu bahwa adegan yang sedang dikerjakan petang itu adalah adegan penutup film. Tokoh cerita yang diperankan Chris Hemsworth, aktor dalam film Thor dan The Avengers, akan beraksi di tengah-tengah festival adat. Film ini juga akan dibintangi antara lain oleh Viola Davis (Eat, Pray, Love) dan Wei Tang (Lust/Caution).
Ada sekitar 2.000 figuran yang terlibat saat itu. Beberapa lampion berukuran besar menggantung. Lampu-lampu menyala membuat petang tetap benderang. Patung ogoh-ogoh setinggi lebih dari 2 meter sudah siap diarak. Kru film, 150 warga asing dan 150 orang Indonesia, hilir mudik menyiapkan perlengkapan shooting.
Mann tidak menceritakan detail adegan yang sedang ia kerjakan di Jakarta. Ia hanya menyebut bahwa adegan itu merupakan babak penting bagi film yang menurut rencana ditayangkan pada musim semi 2014 di AS. Biasanya, film yang diluncurkan pada musim semi adalah film andalan studio pembuatnya.
Jatuh cinta kepada Jakarta
Sutradara dan produser yang pernah mempertemukan aktor besar Al Pacino dan Robert De Niro dalam film Heat (1995) ini memilih Jakarta untuk menyesuaikan bangunan naskah yang ia susun bersama Morgan Davis Foehl. Mann mengaku jatuh cinta kepada Jakarta sejak pertama kali melawat dua tahun silam.
”Saya terkesan dengan keunikan Jakarta yang tidak saya temui di tempat lain. Di kota ini terpadu modernitas ala kota internasional, tetapi tidak meninggalkan ciri khas tradisi. Warna-warnanya menakjubkan,” kata dia yang berkemeja biru gelap.
Tak lama kemudian, Mann meninggalkan beberapa wartawan sambil menggenggam gelas kopi menuju para figuran yang sudah menanti arahannya.
Chris Hemsworth (30) juga hadir pada petang itu. Ia terlihat segar dengan kaus hitam. Senada dengan Mann, Chris menyatakan kekagumannya pada Indonesia. "Saat sekolah saya belajar tentang Indonesia. Saya tahu 'apa kabar' dan 'baik-baik saja'. Saya juga menikah di Sumba (NTT)," kata aktor kelahiran Melbourne, Australia, ini.
Film yang belum berjudul ini menambah deretan film berbiaya besar produksi Hollywood yang mengambil gambar di Indonesia. Pada 2010, film Eat, Pray, Love yang dibintangi Julia Roberts shooting di Ubud, Bali. Berikutnya ada The Philosophers di kawasan Bromo, Prambanan, dan Belitong. Film Java Heat yang dibintangi Mickey Rourke dibesut di Yogyakarta.
Tanpa subsidi
Pada 1982, sutradara Peter Weir menghasilkan film The Years of Living Dangerously yang berlatar Jakarta. Film yang dibintangi Mel Gibson dan Sigourney Weaver ini menceritakan situasi Indonesia pada 1965 di akhir masa kepemimpinan Soekarno. Hanya saja, pengambilan gambarnya dilakukan di Filipina dan Australia. Konon, Pemerintah RI pada waktu itu tidak memberi izin shooting bagi film produksi Metro-Goldwyn-Mayer Studios ini. Film ini juga dilarang tayang di Indonesia sampai 1999.
Pemerintah seperti membuka keran sebesar-besarnya bagi produksi film besar di Indonesia. Sejak 2010, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif gencar mendatangi komunitas perfilman dunia, di antaranya mendatangi festival film internasional. Pemerintah berpromosi supaya sineas internasional mau membuat film di Indonesia.
Hal itu diharapkan bisa memacu industri kreatif dalam negeri, terutama yang berkaitan dengan perfilman. Selain itu, pemerintah juga menyasar pertambahan angka kunjungan turis asing. Namun, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu mengakui, pemerintah belum bisa memberi subsidi bagi produksi film asing seperti yang sudah dilakukan Malaysia dan Singapura.
"Namun, kami memberikan pelayanan penuh, seperti kemudahan mengurus izin dan keimigrasian. Kami beri pelayanan one stop service," kata Mari. Salah satu contoh pelayanan itu adalah pengurusan izin kepada kementerian yang terkait pemakaian fasilitas shooting, seperti izin memakai jalan tol kepada Kementerian Pekerjaan Umum.
Mari mengatakan, Indonesia sangat berpotensi mendukung industri film dunia. Lanskap Indonesia yang lengkap, pegunungan, sabana, dan laut, cocok untuk shooting film kolosal. Hal itu juga diakui Mike Wiluan yang memiliki studio film di Batam. "Indonesia mungkin belum bisa menyamai standar (teknologi) Hollywood. Nilai jual kita adalah keelokan lokasi serta kualitas dan jumlah pekerja artistik film," kata Mike.
Apa yang disebutkan Mike itu sepertinya sudah dipahami beberapa produser luar negeri. Menurut informasi dari kementerian, ada sejumlah film lain yang akan shooting di Indonesia tahun ini. Semoga talenta kreatif Indonesia semakin dapat tempat di perfilman dunia.
Atau, jangan-jangan, produser luar negeri itu mencari calon penonton dari 200 juta lebih penduduk Indonesia? Sebab, sepertinya asyik juga membayangkan menonton James Bond jumpalitan di tengah keriuhan Pasar Induk Kramat Jati.... (Herlambang Jaluardi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.