Sementara itu, SCTV tampaknya masih mengandalkan sinetron Emak Ijah Pengen ke Mekah yang ditayangkan pada pukul 21.00-22.30 WIB.
Stasiun televisi lain, seperti TVRI, Global TV, TV One, dan Metro TV, boleh dibilang masih menyajikan tontonan yang "berisi". Artinya, tontonan yang mereka gelar masih menarik, aktual, bermanfaat, dan inspiratif.
Lantas, apa menariknya HP sehingga disukai oleh penonton yang lebih menyukai "isi" ketimbang "kulit"? Berdasarkan konten isinya, HP mengarahkan perbincangan pada masalah pribadi yang dianggap mampu memotivasi serta inspiratif. Talent ataupun bintang tamu yang diundang tentunya akan memaparkan pengalamannya dalam meraih kesuksesan hingga dikenal oleh banyak orang. Kisah yang dipaparkan tak jarang membuat bintang tamu menangis.
Pertanyaan lugas pun terus disodorkan kepada bintang tamu. Konten isi perbincangan inilah yang dijual dengan kemasan santai dan disajikan dengan atraksi, bahkan alunan musik. Masalah pribadi dari bintang tamu dianggap lumrah untuk diperbincangkan ke publik. Para fans yang mungkin sedang menonton pun akan merasa sangat tertarik dengan setiap ucapan dari bintang tamu. Komunitas-komunitas yang ada di Indonesia pun terkadang hadir sebagai bintang tamu sembari memamerkan karya mereka. Selebriti yang berprestasi pun dihadirkan dan diharapkan mampu memberikan inspirasi.
Gaya hidup dan masalah perceraian diungkapkan lewat program ini. Salah satu episode HP pun pernah mendapat teguran tertulis oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) karena pertanyaan yang ditujukan bersifat tidak pantas dan di luar konteks kesiapan usia. Hal ini dianggap menjual, tetapi justru dapat menyakiti pihak tertentu. Tepatnya episode 8 April 2012 pukul 18.28 WIB, HP menayangkan adegan Deddy Corbuzier yang menanyakan sebuah pertanyaan kepada seorang anak di luar kemampuan si anak untuk menjawab pertanyaan tersebut.
"Share" dan rating
Nah, marilah kita simak, seperti apa pertarungan acara-acara tersebut dalam memperebutkan share dan rating pada Oktober 2013.
Jika menyimak angka rating yang dilansir Nielsen yang ditulis http://allaboutduniatv.blogspot.com, yang bertempur dahsyat memang acara Campur Campur (CC) dan YKS. Rating CC yang tayang di ANTV pada Rabu (16/10/2013) menempati peringkat ke-29 dengan TVR 1,9 dan share 7,5 persen. Pada keesokan malamnya, Kamis (17/10/2013), rating CC naik signifikan, menempati peringkat ke-13 dengan TVR 2,5 dan share 9,9 persen di segmen ALL. CC menjadi acara unggulan dengan rating tertinggi kedua setelah Pesbukers yang duduk di peringkat ke-12 dengan TVR 2,5 dan share 12,9 persen.
Namun, CC masih tertinggal dengan YKS yang memang sudah memiliki penonton setia. Pada Kamis (17/10/2013), YKS menempati peringkat ke-3 dengan TVR 4,4 dan share 20,2 persen. Sebelum ada YKS, Trans TV terlihat sering mengubah jadwal program primetime-nya. Kesuksesan YKS juga menggusur Bioskop Trans TV (BTT) yang kini harus tayang larut malam. Hal ini juga menjadi kritikan para pencinta setia BTT.
Istilah rating dan share kerap diterjemahkan sebagai indikasi untuk hidup-matinya sebuah program TV. Sebuah acara akan awet, atau hanya seumur jagung, tergantung rating dan share yang diraih. Ukuran seperti apakah yang digunakan AGB Nielsen Media Research (NMR) dalam melakukan penelitiannya? Metode seperti apakah yang dilakukan? Khusus untuk TV, sebutannya adalah Television Audience Measurement (TAM) yang dilakukan Nielsen di Indonesia dan 26 negara lainnya. Survei itu dirancang bagi pengiklan, agensi iklan, ataupun pengelola TV untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap karakter penonton TV dan acuan tontonan TV di kota-kota besar Indonesia.
Sejak 1991, Nielsen Indonesia telah menyediakan laporan rating mingguan bagi stasiun TV dan pengiklan mengunakan Layanan Rating Harian, penonton sampel mencatat acara yang ditonton serta di kanal mana, di dalam buku harian yang disediakan. Hasilnya dikirimkan pada NMR yang kemudian mentransfernya ke komputer.
Tahun 1997, NMR beralih menggunakan Peoplemeter System untuk mengembangkan pengukuran yang lebih akurat menit per menit. Metode Peoplemeter untuk memperoleh gambaran lebih akurat mencakup lima kota besar (Jabodetabek, Surabaya, Medan, Semarang, dan Bandung). Pada 2002, daftar kota ditambahkan dengan Makassar. Pada 2003, daftar ditambah Yogyakarta (termasuk Bantul dan Sleman) serta Palembang, 2004 (Denpasar), dan 2006 (Banjarmasin). Survei Nielsen mencakup populasi 49,5 juta penonton TV.
Sejak Maret 2007, Nielsen memberikan layanan laporan rating harian. Informasi detail sebuah program acara bisa langsung diketahui sehari setelah acaranya tayang. Rating harian juga mencakup 10 kota besar Indonesia.
Angka rating dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, misalnya saja durasi suatu program, program tandingan, kualitas gambar yang diterima di rumah, penonton yang ada (available audience), jadwal tayang, waktu-waktu insidental, juga pola kebiasaan penonton di daerah-daerah tertentu. Rating program tidak mencerminkan kualitas program. Rating adalah persentase dari penonton suatu acara dibandingkan dengan total atau spesifik populasi pada waktu tertentu. Yang diukur melalui rating ini adalah kuantitas, bukan kualitas suatu acara.
Rating = Jumlah penonton program A dibagi populasi TV x 100 persen.