Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ungu: Pembajakan Itu Seperti Angin

Kompas.com - 11/02/2014, 11:54 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Tak banyak band yang bisa menjaga keharmonisan hubungan antarpersonel. Salah satu band yang bisa bertahan lama, meski pernah berganti personel, adalah Ungu. Tahun ini, Ungu berusia 17 tahun.

Band asal Jakarta ini terbentuk tahun 1996 dan kini beranggotakan Sigit Purnomo Syamsudin Said yang akrab disapa Pasha (vokal), Franco Medjaya ”Enda” Kusuma (gitar), Arlonsy "Oncy" Miraldi (gitar), Makki Omar Parikesit (bas), dan Muhammad Nur ”Rowman” Rohman (drum). Dalam rentang 17 tahun itu, Ungu meluncurkan belasan album, baik musik pop maupun religi, antara lain Laguku (2003), Melayang (2005), Untukmu Selamanya (2007), Penguasa Hati (2009), dan 1000 Kisah Satu Hati (2010).

Perjalanan sebuah band sampai pada usia yang tak muda lagi bukan sesuatu yang mudah. Saat album kedua, Tempat Terindah (2003), Ungu merasakan bagaimana sulitnya meraih sebuah kesuksesan. Mereka merasa belum diterima oleh pencinta musik Indonesia. Kemudian, perlahan-lahan, karya Ungu mulai melejit dan terkenal di album ketiga. Beberapa singel yang terkenal, seperti "Demi Waktu", "Berjanjilah", dan "Hampa Hatiku".

Nama Ungu pun semakin berkibar hingga ke mancanegara. Tawaran di dunia hiburan pun semakin beragam, dari mulai menjadi bintang iklan sampai bermain film. Tahun 2011, sutradara Guntur Soeharjanto membuat film Purple Love yang dibintangi seluruh personel Ungu yang berperan sebagai diri mereka sendiri.

Lagu favorit saya dari Ungu adalah "Cinta dalam Hati" dan "Berjanjilah". Apakah itu berdasar kisah nyata?
(Robbikal Muntaha Meliala, Depok, Jawa Barat)

Oncy: Semua penulis syair lagu pasti memiliki kisah masing-masing. Nah, untuk bisa menulis kisah itu minimal harus dirasakan. Dalam lagu "Cinta dalam Hati" memang ada sedikit kisah nyata, yaitu seorang laki-laki yang ingin dicintai, tetapi tidak memungkinkan menjalin hubungan. Jadi jalan yang terbaik, ya, menjauh saja.

Makki: Untuk lagu "Berjanjilah" yang menciptakan Enda, kira-kira jawabannya juga sama.

Bagaimana cara kalian mempertahankan keutuhan band sehingga tetap bertahan hingga sekarang? Apa resolusi Ungu di tahun 2014?
(Jafar Wahid, Tangerang Selatan)

Caranya, saling menghargai pendapat setiap personel, saling menghargai keberadaan saat kami berdiskusi. Selain itu, juga bagaimana memfasilitasi semua kepentingan yang ada di band. Dengan demikian, setip personel bisa mendapatkan apa yang mereka cari di band ini.

Resolusi tahun 2014, mempertahankan yang ada dan mencoba mengembangkan ke arah lebih baik lagi. Kami punya beberapa proyek yang mudah-mudahan bisa direalisasikan, seperti show di Singapura dan spesial album. Untuk album belum matang 100 persen, tergantung kemampuan kami.

Bagaimana eksistensi Ungu melihat perkembangan banyak band baru bermunculan, apakah tidak ada rasa takut tersaingi/disaingi atau merasa akan "tenggelam"? Bagaimana pandangan Ungu tentang band yang setelah memperoleh kesuksesan dan ternama justru pecah?
(Fitri Haryanti HSA, Depok)

Semakin banyak band semakin bagus. Dengan banyaknya band, kami bisa merefleksikan sejauh mana karier kami di musik. Semakin banyak yang berkecimpung di industri musik, akan berdampak lebih baik untuk industri musik dan pendengar akan punya banyak pilihan.

Setiap band mempunyai dinamika sendiri, punya masalah sendiri. Kami juga punya banyak masalah. Kami enggak bisa ngomong atas nama band lain. Semua masalah pasti ada solusinya.

Kalau secara kolektif, kami memang mencari solusi, enggak cari menang, cari kalah, atau nyari apa pun namanya yang akhirnya bikin band pecah. Alhamdulillah, kami berlima masih bisa berkarier di bidang musik selama masih bisa. Apa pun masalahnya harus dicari solusinya bersama-sama.

Sebagai salah satu band lama yang masih bertahan di dunia musik Indonesia, apa kiat Ungu dalam menghadapi persaingan dunia musik dengan band pendatang baru?
(Daniel Hermawan, Bandung)

Pemusik kerjanya, ya, main musik. Strateginya, menciptakan yang terbaik yang kami bisa. Kerja sama dengan manajemen dan label juga penting.

Selain itu, kami berusaha menempatkan karya-karya baru di industri musik supaya tetap menarik pendengar musik Indonesia. Di luar itu, yang ada, ya, hanya berandai-andai. Kemampuan kami cuma main musik, bikin lagu, bikin show yang bagus, dan berharap yang dikerjakan relevan dengan kemampuan kami.

Kapan saat titik terendah Ungu dan bagaimana kalian berusaha bangkit kembali?
(Irma Nurlita Dewi, Bogor)

Kami merasa titik terendah saat album kedua, Tempat Terindah. Kami sempat frustrasi, kok, enggak jadi-jadi, merasa belum diterima di industri musik. Saat itu, banyak hal yang memaksa kami berpikir jauh, bekerja keras, dan mencari jalan lebih baik dan bagaimana caranya musik kami diterima.

Alhamdulillah kami menciptakan hal yang cukup baik di album ketiga dan seterusnya.

Bagaimana para personel lain membagi waktu untuk memperhatikan keluarga? Apakah istri dan anak-anak pernah protes dan bagaimana menghadapinya?
(Sri Purwaningsih Romadhon, Yogyakarta)

Kebetulan, semua personel Ungu berkeluarga setelah membentuk band. Jadi, pasangan kami sudah paham bagaimana pekerjaan kami.

Biasanya, kami menyisihkan waktu yang enggak bisa diganggu gugat, misalnya kalau hari libur raya atau akhir tahun, kami mengosongkan pekerjaan, waktunya hanya untuk keluarga.

Apa strategi Ungu dalam berkarya di tengah maraknya pembajakan yang sudah umum terjadi di Indonesia?
(Ikram Gaharapurnama, Serpong, Tangerang Selatan)

Pembajakan itu sesuatu yang kayak angin, memenuhi udara di Indonesia. Sepertinya sudah enggak bisa dihilangkan. Kami enggak tahu bagaimana cara menghilangkan pembajakan. Di Indonesia, pembajakan lebih kuat dari apa pun, enggak ada yang bisa menghentikan. Kami harus belajar hidup bersama dengan pembajakan. Sebenarnya pembajakan bisa dihilangkan, tetapi mungkin harus berusaha lebih keras.

Pihak yang berkepentingan untuk meniadakan pembajakan seharusnya punya usaha lebih keras lagi. Kami yang di industri ini harus hidup dengan pembajakan itu dan kami terpaksa hidup dengan para pembajakan dan bajakan-bajakan itu. Kami tetap berkarya, manggung off air, menerima keadaan ini sambil mencari solusi pembajakan dihapus selamanya.

Apakah selama 17 tahun itu para anggota pernah berantem atau marahan dalam bertukar pikiran dengan sesama anggota band Ungu?
(Andri Pujosasongko, Malang)

Sering banget. Berantem merupakan salah satu proses menemukan solusi atau jalan terbaik untuk masalah sebelumnya. Satu hal yang kami punya, cara berkomunikasi, meski ada friksi di antara kami, bisa diselesaikan dengan mengobrol atau berdiskusi, menemukan satu solusi.

Sebenarnya apakah, sih, arti musik bagi para personel band Ungu?
(Mutiara Christine Damanik, Medan)

Oncy: Musik bisa dibilang hidup kedua gue karena semua kehidupan gue dimulai dari situ. Gue terjun ke musik, sampai bertemu dengan istri, punya karier, dan lain-lain.

Makki: Musik menjadi medium untuk eksis berkarya, mengerjakan apa yang kita suka, menjadi pegangan dalam hidup ini.

Saya berharap Ungu menjadi band legendaris di Tanah Air sekelas Koes Plus karena karya-karyanya yang cukup produktif. Namun, sudah beberapa tahun ini Ungu seakan-akan tertidur. Sudahkah Ungu memiliki obsesi menjadi band legendaris?
(Dhena Nugraha, dhexxx@yahoo.com)

Menjadi band legendaris tidak bisa diobsesikan, tetapi konsekuensi sebuah usaha. Kami hanya bisa berusaha sebaik mungkin. Yang bisa menilai kami legendaris atau bukan adalah orang lain. Semua itu adalah konsekuensi bukan tujuan. Kalau ada yang menyebut kami sebagai legenda, biarlah menjadi legenda.

Ungu kapan lagi keluarin album baru yang bertema religi?
(Muhammad Faisal Aulia, Jakarta Timur)

Insya Allah, pertengahan tahun ini, kami akan meluncurkan karya musik religi.

Adakah guru spiritual yang menjadi tempat bertanya para personel Ungu? Karena kita tahu bahwa Ungu dekat dengan sosok almarhum Ustaz Jefri Al Buchori.
(Ima Nurcahyanti Putri, Jakarta)

Sebenarnya enggak juga, Ustaz Jefri baik sekali, kami lebih banyak berdiskusi karena umur enggak jauh, pola pikir hampir sama. Selain itu, dari sisi agama, Ustaz Jefri menjadi pemberi masukan yang bagus buat kami semua.

Band mancanegara mana yang menginspirasi karya-karya dari band Ungu?
(Hendri Kurniawan, Samarinda, Kalimantan Timur)

Kalau disebutkan satu-satu, banyak sekali. Setiap personel mempunyai idola yang berbeda-beda. Setiap karya musik yang dihasilkan biasanya kami melihat materi, bukan dari satu jenis musik saja.

Saya sangat tertarik lagu-lagu Ungu, khususnya lagu berjudul "Para Pencari-Mu" yang dibuat soundtrack film Para Pencari Tuhan. Apa upaya maksimal yang dilakukan band Ungu ketika terpuruk?
(Agus Harianto, Pasuruan)

Keterpurukan hanya bisa diatasi dengan bekerja lebih keras, berkarya lebih bagus. Yang bisa menolong dari keterpurukan, ya, kita sendiri, kan.

Waduh, jawabannya apa, nih? Citra itu sedikit banyak tanggung jawab pribadi setiap personel. Sementara jumlah penggemar bisa bertambah kalau kami berkarya lebih baik. Respons penggemar yang menghargai karya-karya kami bisa menjadi barometer apakah karya kami cukup baik atau tidak. (SIE)

Ungu
Band Asal: Jakarta
Terbentuk: 1996
Personel:
Sigit Purnomo Syamsudin Said/Pasha (vokal)
Franco Medjaya Kusuma/Enda (gitar)
Arlonsy Miraldi/Oncy (gitar)
Makki Omar Parikesit/Makki (bas)
Muhammad Nur Rohman/Rowman (drum)
 
Album Studio dan Album Religi:
Laguku (2003)
Tempat Terindah (2004)
Melayang (2005)
SurgaMu (2006)
Ost Coklat Stroberi (2007)
Untukmu Segalanya (2007)
Para PencariMu (2007)
Ost Ayat Ayat Cinta (2007)
Aku & Tujanku (2008)
Penguasa Hati (2009)
Maha Besar (2009)
1000 Kisah Satu Hati (2010)
Timeless (2012)
Ruang Hati (2013)
 
Filmografi:
Purple Love (2011)
 
Penghargaan: (antara lain)
Tahun 2008:
AMI Awards kategori Bidang Pop: Duo/Kolaborasi/Grup Terbaik (Album Untukmu Selamanya)
AMI Awards kategori Bidang Pop: Album Terbaik (Album Surga-Mu)
AMI Awards kategori Bidang Umum (Best Of The Best): Karya Produksi Terbaik
SCTV Music Awards kategori Album Pop Rock Duo/Group (Album Untukmu Selamanya)
SCTV Music Awards kategori Original Soundtrack (Disini Untukmu/Ost Coklat Stroberi)
SCTV Music Awards kategori Video Klip (Cinta dalam Hati)
SCTV Music Awards kategori Band Nge-Top

Tahun2009:
AMI Awards kategori Top Ring Back Tone
Inbox Awards kategori Video Klip Terfavorit, Model Video Klip dan Pasangan Seru
SCTV Awards kategori Band Nge-Top

Tahun 2010:
Dahsyat Award "Lagu Terdahsyat" (Lagu Hampa Hatiku)
SCTV Music Awards: Vokalis Terfavorit (Pasha Ungu)
Indigo Awards "Best Band/Duo"
 
Sumber: Litbang Kompas/DEW, diolah dari www.unguband.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com