DP berkisah, ia terancam masuk Selti karena tertangkap tangan memotret kegiatannya di rutan tersebut dengan menggunakan handphone (HP) atau telepon genggam yang disewanya dari seorang petugas rutan itu. Ia mengabadikan kegiatannya di rutan tersebut untuk melengkapi buku biografinya yang sedang digarapnya.
Begitu ketahuan melanggar peraturan di rutan itu, ia dicecar oleh kepala rutan tersebut, untuk mengaku dari siapa sebenarnya ia memperoleh HP itu. Perempuan yang memimpin rutan tersebut mengira HP tersebut milik ibu DP.
"Saya sempat berantem sama kepala rutan, dituduh HP itu punya ibu saya," tutur DP dalam wawancara di kediamannya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu lalu (14/5/2014), sehabis mengadakan acara selamatan terkait ia baru bebas dari rutan tersebut.
Namun, karena diancam akan dimasukkan ke Selti, akhirnya DP membuka rahasia bahwa HP itu disewanya dari seorang petugas rutan tersebut.
"Saya sempat mau dimasukkan ke Selti. Tapi, yo, enggak jadi. Saya akui, simcard milik saya, tapi HP-nya bukan," tuturnya lagi.
Namun, aku DP, sejak kejadian itu ia menjadi lebih dekat dengan kepala rutan tersebut.
"(Masalah) selesai hari itu juga. Beliau (kepala rutan tersebut) seorang ibu. Kalau ibu itu kayak sama anaknya. Dari situ, saya (menjadi) dekat sama beliau. Orangnya bijak rupanya," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.