"Aku memang begitu, kayak petasan injak, ha-ha-ha," kata Happy saat dihubungi akhir pekan lalu.
Dengan bersemangat, dia bercerita tentang salah satu kesibukannya bersama temannya, Sri Luce Rusna. Mereka membuat kerajinan perhiasan berbahan perak dan emas.
Meski dipengaruhi desain Bali, mereka juga memasukkan elemen etnis lain di Indonesia untuk kerajinan tersebut.
"Aku cuma bisa bilang bahwa hasil dari produksi kerajinan perhiasan ini lumayan," ujarnya.
Setiap satu set perhiasan yang mereka ciptakan diberi nama yang diambil dari judul-judul tembang Indonesia atau dari sejarah dan cerita rakyat Nusantara.
Karya pertamanya pada tahun 2011, misalnya, diberi judul "Juwita Malam". Ini adalah lagu ciptaan Ismail Marzuki.
"Konsep kami, setelan perhiasan ini harus cocok dikenakan perempuan bergaya mendunia, tetapi berselera etnik Nusantara. Jadi, perhiasan ini harus bisa dipadu padan dengan celana jins atau gaun standar internasional," kata perempuan kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 4 Januari 1980, itu.
Menurut Happy, konsumen perhiasan karya mereka terus meluas. Ini terlihat dari pemesannya yang berasal dari sejumlah tempat, seperti Batam, Kalimantan, Papua, bahkan Korea Selatan, Australia, dan Amerika Serikat.
Mereka memasarkan produk itu secara online di situs www.shoptulola.com. Keduanya membuat produk tersebut dibantu oleh para perajin di Celuk, Ubud, Bali.
"Awalnya, kami memakai bahan perak. Sewaktu kami juga menggunakan emas 22 karat, ternyata makin banyak peminatnya," kata Happy yang berkali-kali memainkan teater monolog itu. (WIN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.