Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Slank untuk Bunga-bunga Semerbak

Kompas.com - 09/11/2014, 17:05 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -- Siapa yang datang ke konser Slank ”Revolusi Bunga: Generasi Wangi” di Ballroom Hotel Ritz-Carlton, Pacific Place, Jakarta, Rabu (5/11) malam? Mereka adalah ”bunga-bunga wangi” itu.

”Konsernya seru. Massanya wangi dan modis,” kata artis Olga Lydia yang hadir dalam konser.

Di antara penonton tampak nyonya dan nona dengan backless, alias gaun dengan punggung terbuka. Ada dara-dara dengan rok panjang berbelahan tinggi. Ada pula cewek-cewek berjaket kulit dan bercelana kulit ketat membungkus kaki-kaki jenjang yang ditopang sepatu jinjit alias high heel. Adapun di antara para tuan tampak barisan lelaki yang tidak kalah stylist, dengan rambut klimis dan kemeja licin. Harum wangi parfum meruap ke udara saat mereka melintas. Hmmm....

Ada juga penonton yang tampil dengan dandanan santai, tetapi tetap gaya. Celana jins sampai hot pants, plus sepatu bot. Beberapa ABG juga berseliweran bersama orangtua mereka. Ini adalah konser kedua yang digelar Slank di ballroom hotel berbintang. Desember 2013 lalu, Slank yang berawak Bimbim, Kaka, Ivanka, Ridho dan Abdee ini menggelar konser ”I Slank U” di tempat yang sama.

Konser manis yang dipersembahkan bagi para perempuan yang berperan dalam perjalanan hidup dan musikalitas Slank. Bunga dalam tajuk konser ”Revolusi Bunga: Generasi Wangi” dimaknai Slank sebagai sosok perempuan yang memberikan arti khusus bagi kehidupan Slank dan bahkan bagi masyarakat dan bangsa. Perempuan, lanjut Bimbim, berkontribusi besar dalam segala bidang. Seperti guru, dan dokter yang rela berkorban demi bertugas di pulau-pulau terluar.

”Marsinah juga,” tambah Bimbim menyebut nama pejuang buruh.

”Yang merevolusi Slank dari narkoba itu perempuan. Slank berubah menjadi lebih baik karena sentuhan perempuan,” kata Bimbim.

Seperti diketahui, di belakang Slank ada sosok perempuan, salah satunya Bunda Ifet Sidharta, ibu kandung Bimbim yang juga dianggap sebagai ibu para Slank dan Slankers alias penggemar Slank.

”Kalau revolusi mental adalah hijrah ke arah yang lebih baik, seperti mabuk-mabukan menjadi tidak mabuk-mabukan lagi, maka peran perempuan ini adalah mempercepat hijrah itu,” ujar Bimbim.

Nyaman, tidak ngeri
Di atas panggung, malam itu, Slank menggandeng sejumlah musisi perempuan. Ada penyanyi Oppie Andaresta, Windy Setyadi (akordion), Anindya (saksofon), Mia (biola), Tetangga Pak Gesang (ukulele), dan Imel (vokal).

”Kami pengin kasih lihat sisi lain musik Indonesia yang didominasi perempuan-perempuan yang sangat berbakat,” kata Kaka.

Oppie disebut Bimbim sebagai sosok perempuan yang juga berperan besar bagi Slank.

”Kalau Oppie enggak datang ke Potlot (markas Slank), mungkin enggak ada revolusi mental,” ujarnya.

Priambodo Soesetyo, Project Director dan Promotor SP Production yang menggelar konser menuturkan, Slank memiliki pasar kelas A hingga C.

”Konser ini digelar untuk Slanker yang ingin nonton dengan tenang dan nyaman sambil ketemu teman-teman,” ujarnya.

Elli (35), staf di Kedutaan Besar Amerika Serikat yang malam itu menjadi salah satu penonton, mengatakan, senang konser Slank digelar di Ritz-Carlton karena bisa menikmati lagu-lagu Slank dengan nyaman.

”Kalau di stadion atau lapangan rasanya ngeri. Takut sama penonton lainnya. Takut rusuh juga,” kata Elli yang hadir pula saat Slank mengelar konser I Slank U.

Dia menyeringai senang karena lagu ”Terlalu Manis”, ”Maafkan”, dan ”Terbunuh Sepi” dibawakan oleh Slank di panggung.

”Saya penggemar Slank formasi pertama waktu ada Indra dan Pay. Sekarang masih suka, cuma enggak ngikutin lagu-lagunya yang baru,” kata Elli.

Pasangan istri-suami Juju dan Widar juga senang konser Slank diadakan di Ritz-Carlton.

”Di sini tempatnya nyaman, dingin, kamar mandi dan tempat parkir dekat. Enggak susah kayak di lapangan,” ujar Widar, pria berusia 33 tahun itu.

Juju (31), yang saat SMA kerap menonton konser Slank di kafe seperti Hard Rock dan Poster, langsung berbinar ketika lagu ”Kirim Aku Bunga”, ”Balikin”, dan ”Kamu Harus Pulang” dinyanyikan Slank.

Kaka berulang kali turun dari panggung dan menyanyi bersama penonton. Bimbim beranjak dari belakang drum, memainkan gitar akustik, dan mengajak seluruh penonton menyanyi bersama. Gitaris Abdee Negara juga tak mau kalah. Ia memainkan gitar lalu menyalami tangan-tangan wangi yang menggapai-gapai kepadanya.

Slanker bendera
Slank mempunyai massa dari berbagai kalangan. Slank mencatat, ada penggemar yang menyukai Slank dari lagu-lagunya. Ada yang menggemari Slank bukan hanya dari lagu, melainkan juga gaya hidup mereka.

”Ada pula yang menyukai musik, gaya hidup, dan pemikiran-pemikiran Slank. Mereka mengidentifikasi diri sebagai Slankers,” kata Abdee Negara.

Saat konser di lapangan terbuka, mereka berada di barisan paling depan lengkap dengan bendera-bendera, segala atribut, dan panji-panji ”kebesaran” Slank yang mereka bikin sendiri.

”Ada yang menyebut mereka Slanker bendera,” kata Abdee.

Saat konser di ruang tertutup, termasuk konser di Ritz-Carlton, menurut Abdee, kebanyakan adalah mereka yang menyukai dan mengenal benar lagu-lagu Slank.

Yang jelas, baik di lapangan maupun di gedung ber-AC, nyatanya lagu-lagu Slank disambut riuh massa.

”Itu membuktikan musik Slank menembus batas sosial ekonomi dan batas status sosial,” kata Abdee. (XAR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau