"Jadi, dilema banget. Di satu sisi dia bekerja di Istana Negara, di mana saat 98 itu pemerintah harus lengser. Tapi, di sisi lain, suaminya tentara dan adiknya adalah seorang mahasiswa. Jadi, kebayang kan posisi dan kesedihan Salma seperti apa," kata Ririn usai acara press screening Di Balik 98, di Djakarta Theater XXI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (7/1/2015) malam.
"Kesedihan dia, dia bentrok batinnya, benar-benar dia ada di tengah-tengah," imbuhnya.
Ririn mengaku kesulitan juga untuk bisa memainkan emosi itu. Namun, ia beruntung karena sutradara Di Balik 98, Lukman Sardi, memberinya keleluasaan untuk melakukan observasi.
"Pada saat 1998 aku enggak ada di Jakarta, jadi aku enggak tahu dramatisnya seperti apa. Berat juga buat aku mencari cerita seperti ini. Untung Mas Lukman ngasih waktu aku untuk mencari sekeras apa, semiris apa. Ternyata, ngobrol sama orang banyak akhirnya membuat saya seperti ada di 1998," tutur Ririn.
Ririn mengaku pula senang bisa terlibat dalam film panjang pertama garapan Lukman tersebut.
"Waktu ditawari casting aja senang banget. Ini film panjang pertama Lukman Sardi. Sebelumnya aku sudah pernah main bareng sama dia dua kali. Jadi, apa yang dia inginkan dari pemain itu langsung sampai karena dia juga berangkat sebagai pemain. Jadi, kami yang main itu jadi lebih gampang menangkap apa yang dia inginkan," ujar Ririn.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.