"Enggak lain musti bikin task force (satuan tugas) seperti Densus 88. Teroris itu kan enggak kelihatan, tapi itu bisa ditekan dengan cukup baik dengan Densus 88. Narkotika (sudah) ada BNN dibentuk. Pembajakan, lebih terang-terangan, butuh pasukan khusus," kata suami vokalis Memes itu dalam wawancara usai diskusi buku 100 Tahun Musik Indonesia karya mendiang pengamat musik Denny Sakrie, di Pisa Cafe Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/4/2015).
Addie menilai pembajakan sudah tak dapat ditolerir lagi. Menurut dia, masyarakat jangan sampai menutup mata dan menganggap pembajakan tak pernah merugikan para pelaku industri musik di Tanah Air. "Di lapak-lapak dijual bebas, itu pencurian, enggak ada yang peduli bagaimana karya itu dibuat. Kadang kami begadang, sampai enggak ada waktu sama keluarga. Keluar duit buat produksi," ujarnya.
Pembajakan karya seni, terutama musik, dinilai pemimpin grup Twilite Orchestra itu memiliki dampak kerugian yang hampir sama dengan tindak terorisme, narkotika, dan korupsi. Banyak pihak yang dirugikan secara materi bahkan psikis. Jadi menurut Addie, Indonesia harus memiliki pasukan khusus untuk memberantas pembajakan. "Saya tadinya berharap tiap ganti pemerintahan, pembajakan tertangani secara serius. Bukan cuma musik, tapi film atau buku. Orang di sini seenak-enaknya aja. Seperti rimba raya, hutan belantara, siapa mau nyolong karya siapa, enggak ada yang peduli. Jadi musti ada pasukan khusus untuk mengatasi hal itu," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.