Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Everest": Ketika Alam Memainkan Perannya

Kompas.com - 11/09/2015, 18:55 WIB
Thalia Shelyndra Wendranirsa

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com --
Film Everest menyajikan kisah drama biopic mengenai ambisi, mimpi, dan semangat manusia untuk mendaki gunung tertinggi di dunia dan bagaimana alam memainkan perannya.

Everest yang disutradarai Baltasar Kormakur, mengangkat cerita misi pendakian tim ekspedisi Adventure Consultant yang dipimpin oleh Rob Hall (Jason Clarke) bersama dengan rekan satu timnya, Mike Groom (Thomas M. Wright) dan Andy Harris (Martin Henderson) yang membawa klien mereka, Beck Weathers (Josh Brolin), Doug Hansen (John Hawkes), Lou Kasischke (Mark Derwin), Frank Fischbeck (Todd Boyce), Jon Krakauer (Michael Kelly), Yasuko Namba (Naoko Mori), John Taske (Tim Dantay), dan Stuart Hutchison (Demetri Goritsas) mendaki gunung Everest pada 1996.

Ketika itu jalur pendakian dikisahkan sangat padat hingga membuat tim Adventure Consultant harus bertemu dengan tim Mountain Madness yang diisi oleh Scott Fischer (Jake Gyllenhaal), Neal Beidleman (Tom Goodman-Hill), dan Anatoli Boukreev (Ingvar Eggert Sigurosson). Kedua tim ini sama-sama ingin sampai di puncak pada 10 Mei 1996. Mereka berusaha untuk mendaki gunung es tertinggi di dunia dan berusaha melawan waktu, karena cuaca dalam pendakian tidak dapat diprediksi.

Sayangnya ambisi dan kenyataan bertolak belakang. Jadwal pendakian mereka terlambat, tidak sesuai dengan perkiraan waktu yang seharusnya. Belum lagi di beberapa titik pendakian, pemasangan tali pemandu belum dilakukan, sehingga dua tim tersebut kembali mengulur waktu, mereka bahkan diterjang oleh badai salju yang tidak terduga. Pendakian terus terhambat.

Akhirnya klien maupun pemandu tim Mountain Madness berhasil sampai ke puncak bersama, sedangkan dari tim Hall dari Adventure Consultant yang dapat sampai ke atas adalah Harris, Fischbeck, Krakauer, dan Namba. Namun, Hutchison memutuskan untuk turun sebelum sampai di puncak, sedangkan Hansen tertinggal di belakang.

Usaha mereka untuk turun gunung ternyata sudah telat. Seharusnya mereka turun pada pukul 14.00, namun baru berjalan sekitar pukul 15.00. Berusaha mengejar waktu, kondisi alam berubah tiba-tiba dan terus menguji mereka. Belum lagi ketersediaan oksigen semakin menipis. Kondisi semakin parah saat badai salju kembali menerjang lebih dahsyat.

Dengan latar pegunungan yang luas dan menakjubkan, Everest menjadi hiburan yang mengajak penontonnya seolah langsung terlibat dalam misi pendakian tersebut. Meskipun ini merupakan film tentang alam, cita rasa drama terasa sangat kental.

Secara keseluruhan, film ini dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, bukan hanya kalangan pencinta alam atau pendaki saja, bagi masyarakat awam yang sekadar ingin menyaksikan petualangan di alam lepas dan liar pastinya tetap dapat menikmati Everest. Film berdurasi 121 menit ini dijadwalkan akan rilis di bioskop-bioskop Indonesia mulai 16 September 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com