"Sering, Gusti, aku bertanya-tanya sendiri, kenapa sih Mama tenggelam di televisi, mengunyah iklan, menelan mimpi. Sabar, Mama, tunggu aku masuk ke layar tivi. Dan, inilah nyanyianku. Semoga Mama belum tua saat aku mencapainya," demikian Silampukau, yang terdiri dari Kharis Junandharu (vokal dan gitar akustik) dan Eki Tresnowening (vokal dan gitar akustik), menyuguhkan "Doa 1".
Lirik lagu itu lalu berkisah tentang kelelahan artis-artis musik karena terteror televisi.
"Duh Gusti, kini kumulai lelah jadi musisi. Jiwaku remuk terteror televisi," lanjut mereka.
Mereka kemudian mempertanyakan kewajaran kemarahan terhadap televisi.
"Janggalkah, Gusti, perasaan marah ini, saat nalarku direndahkan televisi? Lihat itu, Gusti, lihat itu, berapa harga tawa mereka di balik layar tivi," lantun mereka lagi.
Sebuah doa akhirnya akan diakhiri dengan permohonan atas apa yang diinginkan demi menjawab kegelisahan.
"Dan, inilah nyanyianku. Semoga usahaku lancar, berkembang, ber-cuan, perlahan aku bisa mewujudkan ziarah ke Tanah Suci, tanah impian," tutup mereka.
Menurut Eki dan Kharis, "Doa 1" sebenarnya bukan pengalaman personal mereka dalam menghadapi industri hiburan. Bagi mereka, lagu itu lebih tepat disebut sebagai pengalaman kolektif dari kawan-kawan mereka dalam berjuang di industri hiburan.
"Doa 1 bukan pengalaman personal kami. Mungkin lebih tepat jika disebut kolektif. Semenjak bertahun-tahun yang lalu kami masih saja mendengar keluhan dari teman-teman kami yang berjuang masuk ke industri hiburan," tulis Eki dan Kharis kepada Kompas.com melalui e-mail.
Lebih jauh lagi, Eki dan Kharis juga mengungkapkan bahwa penggunaan kata "televisi" dalam lirik "Doa 1" mereka gunakan sebagai sebuah simbol industri hiburan, bukan dengan tujuan untuk memusuhi dan menjauhi televisi.
"Televisi hanyalah ikon bagi industri hiburan yang kami gunakan dalam lagu. Apa gunanya memusuhi televisi? sebab televisi demikian tak tersangkal," tulis mereka.
"Lagu itu memang bercerita tentang usaha melawan pop-kultur. Tapi, karena usaha untuk melawan industri showbiz akan selalu sia-sia, kami memilih menceritakannya secara satir," tutup mereka.