JAKARTA, KOMPAS.com — Kendati film Brush with Danger mendapat kritik dari salah satu koran terkemuka di AS, New York Times, sutradara sekaligus artis peran pendatang baru yang berkarier di Hollywood, Livi Zheng (26), justru mengaku bangga.
"Tapi sebenarnya untuk dikritik New York Times itu suatu kebanggaan karena di Amerika itu sampai 50.000 produksi film per tahun dan enggak semuanya bisa di-review di New York Times," kata Livi ketika berbincang dengan Kompas.com di Bentara Budaya Jakarta, Palmerah Selatan, Jakarta Pusat.
Di AS, lanjut dia, jika sebuah film diulas dalam media ternama maupun dikritik, maka film itu dianggap sebagai salah satu karya yang diperhitungkan.
"Nah, filmku (Brush with Danger) juga pernah dikritik. Jadi kalau ada kritikan aku baca, aku ambil bagusnya, kritikan yang membangun buat aku jadi film maker yang lebih baik," tuturnya.
Bukan cuma media yang memberikan pendapatnya tentang film Brush with Danger yang ia garap bersama adiknya Ken Zheng. Bahkan, kritik dan saran juga datang dari keluarga dan teman-teman dekat.
"Teman-teman dan keluargaku sudah nonton film itu. Malah sebelum final cut mereka sudah lihat. Mereka aku suruh ngisi survei tiga halaman tentang apa bagus dan jeleknya film ini, bagian mana yang membosankan. Opini-opini keluarga dan teman-teman aku kumpulkan, dari situ filmnya aku revisi based on their note," ujarnya.
Ketika akhirnya film itu tayang di AS, perempuan asal Jawa Timur tersebut merasa puas dan bahagia melihat antusias penonton.
"Di setiap meet and greet penuh itu rasanya seneng dan puas banget karena it makes all the failure and rejection worthed. Jadi aku senang banget karena bisa diterima di masyarakat sana dan ternyata banyak banget fans orang Meksiko. Itu very unexpected, surprise juga. Mungkin karena topiknya imigran dan banyak imigran Meksiko di Amerika," kata Livi.
Brush with Danger berkisah tentang kakak beradik, Alice Qiang (Livi Zheng) dan Ken Qiang (Ken Zheng), yang mengadu nasib ke AS sebagai imigran gelap dengan menumpang kapal kargo.
Namun, kehidupan di sana tak mudah. Alice dan Ken terlunta-lunta di jalanan hingga akhirnya seorang pemilik galeri seni mengubah nasib mereka. Sekaligus membawa keduanya ke dalam dunia kriminal.
Film tersebut telah tayang di AS pada September 2014 lalu dan segera diputar di bioskop-bioskop Indonesia mulai 26 November 2015.
Sebelumnya, film itu sempat masuk seleksi Oscar 2015 untuk dinominasikan dalam kategori Best Picture, tetapi gagal mencapai nominasi.