"Waktu bikin skenario Brush with Danger, ketika saya udah ketemu dengan executive producer yang cocok dengan film ini, skenario saya ditolak sampai 32 kali," kenang Livi Zheng (26), sutradara dan penulis skenario film itu, dalam wawancara khusus oleh Kompas.com di Jakarta pada 30 Oktober 2015.
Perempuan yang berasal dari Indonesia ini mengaku kecewa dan hampir putus asa karena penolakan itu. Namun, ia dan adiknya, Ken Zheng, yang bersama menulis skenario tersebut, tak patah semangat dan terus membuat perbaikan.
"Dari dulu kan belajar bela diri. Kan kalau bela diri, misalnya tinju, belajar satu pukulan aja bisa ribuan kali. Jadi, mungkin udah agak terbiasa lah. Jalan terus aja, sampai akhirnya skenarionya dinyatakan layak shooting," tuturnya.
"Nah, waktu itu yang aku lakuin, aku terus memoles skenario. Karena, di Amerika itu, hal pertama yang dilakukan kru kalau mau join dengan kita, mereka melihat skenario dulu. Cari kru beberapa bulan baru bisa ngumpulin kru yang solid untuk Brush with Danger," tambah Livi, yang masih menimba ilmu produksi film di University of Southern California.
Namun, untuk mendapatkan kru dengan sederet pengalaman membuat film box office, kata Livi, bukanlah hal mudah di AS.
"Mereka itu sangat picky (pilih-pilih). Jadi, misalnya, mereka pernah bikin film terkenal, terus film terakhirnya gagal, agak sulit mereka untuk dapat job selanjutnya," ujar lulusan University of Washington-Seattle, AS, bidang ekonomi ini.
Shooting film tersebut dilaksanakan pada 2012 di Seattle, Washington, dan Los Angeles, California, AS.