Ini merupakan nominasi Oscar yang kedua bagi Oppenheimer. Sebelumnya, ia mendapat nominasi untuk film dokumenter The Act of Killing atau Jagal pada 2014.
"Saya sangat bangga terhadap semua yang terlibat dalam penggarapan film ini. Ini sangat bagus untuk perfilman Indonesia," kata Oppenheimer ketika dihubungi VOA beberapa jam setelah nominasi Oscar 2016 diumumkan.
Film The Look of Silence menyoroti pria bernama Adi Rukun yang mengonfrontasi orang-orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan kakaknya pada 1965. Berbeda dengan The Act of Killing yang memang melibatkan sineas Indonesia, Oppenheimer pada film ini bekerja sama langsung dengan rumah produksi Indonesia.
"Kami bisa mendapatkan nominasi Oscar yang pertama untuk Indonesia berkat keberanian dari para kru film di Indonesia dan tokoh utama, Adi Rukun, yang penuh empati, bijaksana, dan baik hati. Saya sangat bahagia," ujar sutradara kelahiran Texas, 1974, ini.
Film tersebut kembali melibatkan sineas Indonesia anonim yang identitasnya dirahasiakan untuk keselamatan. Bukan hanya sebagai co-producer dan asisten sutradara, sineas anonim ini juga bertanggung jawab akan kelancaran produksi film ini di Indonesia dan juga keselamatan dari semua yang terlibat dalam penggarapan film ini, termasuk Adi Rukun beserta keluarganya.
"Kami harus selalu menyediakan mobil untuk Adi agar ia bisa segera dilarikan dari sebuah konfrontasi sebelum kami selesai shooting agar ia terhindar dari bahaya atau diserang oleh pelaku kejahatan. Keluarga Adi harus selalu kami siapkan untuk dievakuasi selama konfrontasi berlangsung," ujar Oppenheimer.
Walaupun banyak menimbulkan pro dan kontra ini sungguh mencekam dan penuh risiko untuk digarap, menurut Oppenheimer, The Look of Silence bisa menyembuhkan luka lama.
Setelah sebelumnya film The Act of Killing berhasil membuka ruang diskusi di tingkat nasional, melalui film The Look of Silence, masyarakat kini membahas lebih dalam lagi mengenai kejahatan HAM di era tersebut untuk mengungkap kebenaran dan keadilan menuju rekonsiliasi.
"Semua orang Indonesia, termasuk puluhan ribu saudara dari para pelaku kejahatan yang sudah menonton film ini, ingin menyembuhkan luka mereka. Mereka menginginkan rekonsiliasi agar mereka tidak perlu lagi hidup dalam ketakutan dan tidak perlu takut untuk mengungkap kebenaran," kata Oppenheimer.
Melalui nominasi Oscar ini, Oppenheimer berharap, orang Indonesia lebih banyak lagi yang menonton film ini dan mempelajari lebih jauh mengenai tragedi 1965.
"Harapan saya lainnya adalah semoga pemerintahan Presiden Jokowi mengakui apa yang terjadi pada tahun 1965 sebagai kejahatan terhadap HAM. Bertanggung jawablah atas apa yang pernah terjadi dan bentuk komisi kebenaran yang jujur untuk menuju keadilan dan rekonsiliasi sehingga penyembuhan luka lama bisa terlaksana," ujar Oppenheimer.
Selain nominasi Oscar 2016, film The Look of Silence juga mendominasi kemenangan dalam berbagai ajang penghargaan film internasional lainnya, salah satunya 2016 Cinema Eye untuk kategori produser terbaik, sutradara terbaik, dan film dokumenter terbaik.
Dalam ajang Oscar 2016 yang akan berlangsung pada 28 Februari mendatang, The Look of Silence akan bersaing melawan film Amy, Cartel Land, What Happened, Miss Simone?, dan Winter on Fire: Ukraine’s Fight for Freedom.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.