Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Matt Bianco Hibur Penggemar Fanatik

Kompas.com - 03/04/2016, 15:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Kelompok jazz legendaris era 1980-an, Matt Bianco, tampil dengan kesungguhan hati dalam rangkaian konser bertajuk Indonesia Tour 2016, 1-4 April.

Memulai turnya di Jakarta, lalu Yogyakarta dan Bali, band asal Inggris itu tampil total untuk menghibur penonton.

Meskipun namanya sudah jarang dikenal generasi muda, kesetiaannya pada jalur jazz membuat Matt Bianco punya penggemar fanatik, termasuk di Indonesia.

Menampilkan format full big band dengan sound jazz vintage classic, Matt Bianco sanggup membuat lebih dari 100 penonton di Istora Senayan, Jakarta, bergoyang dalam irama jazz.

Kehadiran vokalis Matt Bianco, Mark Reilly, yang juga pendiri awal Matt Bianco, segera menuai tepuk tangan serta teriakan histeris.

Tampil diiringi big band New Cool Collective, Mark menyedot perhatian penonton.

Dengan gayanya yang santai dan goyangan dansa ala tahun 1980-an, Matt Bianco menghadirkan lagu-lagu yang energik dengan sentuhan musik latin ditambah irama soul dan kontemporer.

Diiringi alunan saksofon, tabuhan drum, petikan gitar, dan denting piano, harmonisasi musik jazz yang sesungguhnya hadir menghangatkan malam.

Konser yang berlangsung selama dua setengah jam pada Jumat (1/4/2016) tersebut dibuka dengan suguhan awal dari penyanyi Fariz RM.

Fariz mengatakan, sebagian lagunya terinspirasi dari musik Matt Bianco dan ia merasa sangat terhormat bisa tampil sepanggung dengan grup idolanya itu.

Bahkan, di akhir pemanggungan, Fariz tampil menyanyikan lagu dalam kolaborasi kental nuansa nostalgia dengan Matt Bianco.

Bagi penggemar Fariz RM, lagu-lagu yang dibawakan Fariz, seperti "Penari", "Nada Kasih", dan "Barcelona", menjadi suntikan semangat.

Seolah mengembara dalam lorong waktu, nostalgia masa lalu pun dihadirkan bagi penonton yang sebagian besar memang berusia paruh baya.

"Saya penggemar berat Matt Bianco. Untuk zamannya, mereka termasuk baru. Kalau enggak ada mereka, enggak ada musik dance seperti yang ada sekarang," kata Fariz dalam jumpa pers di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis lalu.

Ketika ditanya di atas panggung tentang kesibukannya saat ini, Fariz mengatakan sedang sibuk mempromosikan album musik terbarunya, Fenomena, yang sudah diluncurkan sejak 2013 lalu.

Sepanjang kariernya di dunia musik, Fariz sudah melahirkan 24 album solo dan masih akan terus bersetia di jalur musik.

"Dengan tata pemasaran yang berbeda, kami masih harus touring lama untuk promosi album," kata Fariz yang kali ini tampil dengan kaus dominan warna hitam.

Obat rindu
Pembawa acara konser yang juga penyiar tersohor era 1980-an, Ida Arimurti, menyapa penonton dengan jenaka.

Tentang jumlah penonton yang terhitung sedikit, Ida berseloroh bahwa kebanyakan dari penonton justru makhluk halus.

"Ini pengalaman pertama bagi promotor untuk mendatangkan Matt Bianco. Harus belajar dari kesalahan," kata Ida.

Tak butuh adaptasi lama dari lagu-lagu Fariz untuk masuk ke alunan irama jazz ala Matt Bianco yang memang terdengar seirama dengan gaya Fariz.

Memakai jazz rapi, Mark dan pemusik dari big band New Cool Collective segera mengentak panggung dengan lagu-lagu legendarisnya.

"Saya sudah empat kali ke Indonesia. Sangat bersemangat dengan konser ini," ujar Mark ketika jumpa pers.

Ucapan terima kasih Mark dari atas panggung dalam bahasa Indonesia segera disambut teriakan histeris penggemarnya.

Tak terganggu dengan keterbatasan jumlah penonton, kelompok musik jazz-pop yang dibentuk sejak tahun 1983 di Inggris ini menyajikan suguhan latin jazz yang energik dengan nuansa bossa nova yang memikat.

Lagu-lagu awal mereka, seperti "Half a Minute", "Whose Side are You on?", "More than I Can Bear", pernah mendapatkan perhatian di kalangan penggemar jazz dan tampil di tangga musik pop dunia.

Singel berikutnya, seperti "Yeh Yeh", "Dancing in the Street", dan "Wap-Bam-Boogie", bahkan menduduki puncak tangga lagu-lagu disko dan dimainkan di setiap lantai dansa anak muda.

Pada 1988, Matt Bianco bergabung bersama Emilio Estefan (suami Gloria Estefan) yang memproduseri album Indigo.

Dari album itu terdapat singel-singel jazz-latin-crossover terkenal, seperti "Don't Blame It on That Girl", "Good Times", dan "Say It's Not Too Late".

Selama tiga dekade, Matt Bianco telah merilis 12 album studio ditambah beberapa album kompilasi.

Albumnya banyak terjual, terutama di Inggris, Jerman, Perancis, dan Jepang.

Hingga kini, Matt Blanco terus melakukan tur dunia karena penampilannya selalu ditunggu para penggemar di seluruh dunia.

Di Indonesia, Matt Bianco kembali tampil dengan dipromotori Menara Citra Production (MC Pro).

Sama seperti di puncak masa kejayaannya, Matt Bianco tampil menyuguhkan lagu-lagu andalan dengan penampilan terbaik bagi penggemar fanatiknya. (Mawar Kusuma)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 April 2016, di halaman 22 dengan judul "Matt Bianco Hibur Penggemar Fanatik".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com