"Rudy Habibie" Ditargetkan Raup 10 Juta Penonton

JAKARTA, KOMPAS.com -- Rudy Habibie (Habibie & Ainun 2), film yang mengisahkan masa muda mantan presiden Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, ditargetkan meraup jumlah penonton hingga 10 juta orang.

CEO MD Entertainment, Manoj Punjabi, selaku produser eksekutif film Rudy Habibie, di Jakarta, Rabu (20/4/2016), menyatakan bahwa jumlah penonton tersebut akan bisa tercapai mengingat film sebelumnya, Habibie & Ainun, mampu mendatangkan tak kurang dari 4,7 juta penonton.

"Itu merupakan jumlah penonton film nasional terbanyak semenjak tahun 2000-an, bahkan mengungguli Titanic, yang hanya ditonton 3,5 juta orang di Indonesia," katanya kepada Antara.

Selain keberhasilan film sebelumnya itu, tambah Manoj, tokoh utama dalam Rudy Habbie, yakni BJ Habibie, merupakan sosok yang telah menasional dengan segudang prestasi dan keteladanan.

Rudy Habibie menceritakan masa muda BJ Habibie sebelum ia dikenal sebagai teknokrat dan presiden ketiga Republik Indonesia.

Film tersebut dibintangi oleh Reza Rahadian, pemeran BJ Habibie dalam film Habibie & Ainun. Hanung Bramantyo menjadi sutradara film itu.

Dikisahkan, Rudy sangat ingin membuat pesawat untuk memenuhi pesan almarhum ayahnya untuk "menjadi mata air", menjadi berguna untuk orang banyak.

Hal itu ternyata membuat keluarganya mesti berkorban karena ia harus berkuliah di RWTH Aachen, Jerman Barat.

Di sana ia hidup dalam kondisi terbatas, rindu rumah, dan belajar soal arti persahabatan, cinta, juga pengkhianatan bersama para mahasiswa lain Indonesia yang baru dikenalnya di sana.

Menurut Manoj, film yang diangkat dari novel inspiratif Rudy Habibie tersebut direncanakan akan mulai diputar di gedung-gedung bioskop Tanah Air ketika Lebaran 2016.

Jadwal itu bersamaan dengan ulang tahun ke-80 pria kelahiran Pare-pare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936, tersebut.

Rudy merupakan panggilan akrab BJ Habibie ketika muda.

Selain Reza Rahadian, sejumlah artis peran lain yang turut membintangi film itu adalah Chelsea Islan, Ernest Prakasa, Dian Nitami, Indah Permatasari, dan Panji Pragiwakson. (Subagyo/Ruslan Burhani)