Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ironi Komedi dalam "Hibana"

Kompas.com - 15/05/2016, 19:04 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -- Panggung komedi adalah ladang untuk menabur lawakan dan menuai tawa. Namun, perjalanan untuk menghadirkan tawa itu sungguh tak mudah. Ada kalanya begitu menguras emosi dan air mata, seperti hidup penuh drama yang dilakoni para pelakunya.

Kisah para komedian yang berjuang mewujudkan mimpi mereka menjadi komedian ternama disajikan dalam "Hibana", yang dalam bahasa Indonesia berarti Percikan Api.

"Hibana" adalah serial produksi Yoshimoto Kogyo, perusahaan hiburan terbesar di Jepang, yang akan ditayangkan mulai Juni 2016 melalui layanan streaming online, Netflix, di 190 negara.

"Hibana" telah diputar untuk pertama kali di ajang 8th Okinawa International Movie Festival di Okinawa, Jepang, Kamis (21/4/2016).

"Hibana" diangkat dari novel pemenang Penghargaan Akutagawa ke-153 yang merupakan penghargaan tertinggi dalam sastra Jepang.

Hibana adalah novel karangan Naoki Matayoshi, seorang entertainer anggota grup komedi Peace.

Novel Hibana telah terjual lebih dari 2,51 juta eksemplar, menjadi rekor penjualan novel tertinggi di Jepang.

Dengan penjualan yang demikian besar, novel Hibana sempat memicu fenomena sosial di Jepang sehingga kemudian Hibana diangkat dalam sebuah serial berjudul sama, dibintangi sejumlah aktor dan aktris ternama Jepang.

Mereka adalah Hideaki Murata, Kazuki Namioka, Kentho Hayashi, Masao Yoshii, dan Mugi Kadowaki.

Bintang utama dalam serial ini adalah Kento Hayashi (25), yang merupakan Japan Academy Award kategori New Comer of The Year, beradu akting dengan Kazuki yang bermain sangat apik dalam serial ini.

Sejumlah sutradara juga terlibat dalam pembuatan serial ini.

Mereka adalah Ryuichi Hiroki, Yasutaka Mori, Kazuya Shiraishi, Shuichi Okita, dan Shinji Kuma yang menyajikan Hibana dalam 10 episode.

"Manzai"
Serial "Hibana" diawali dari perjalanan tokoh Tokunaga yang diperankan oleh Kento Hayashi, seorang komedian tak populer yang melakoni profesinya sebagai seorang komedian manzai.

Manzai adalah komedi khas Jepang yang di sini tak jauh berbeda dengan stand up comedy.

Manzai umumnya dilakukan oleh dua komedian yang saat tampil di atas panggung saling melemparkan gurauan atau lawakan untuk ditanggapi satu sama lain.

Di Jepang, biasanya manzai ditampilkan di sejumlah panggung yang menyedot keramaian, termasuk di klub-klub hingga televisi.

Masao yang merupakan komedian manzai mengungkapkan, agar berhasil menuai tawa di atas panggung, kedua komedian harus bisa saling mengimbangi lawakan yang dilempar rekan mereka.

"Tanpa itu, tidak akan jalan," katanya.

Demikian populernya manzai di Jepang sehingga banyak komedian di Jepang yang menggeluti manzai.

Mereka berbondong-bondong mengikuti audisi manzai untuk tampil di layar kaca dan menjadi bintang.

Begitu pula dengan Tokunaga. Perjalanannya di dunia manzai mempertemukan Tokunaga dengan Kamiya, komedian manzai senior yang diperankan oleh Kazuki Namioka.

Dari sekadar perbincangan kecil, keduanya pun berteman, dan terus menjalin hubungan.

Tokunaga yang memiliki ambisi besar menjadi seorang komedian ternama tentu saja sangat berharap dapat menimba ilmu dari Kamiya yang dianggapnya telah banyak makan asam garam panggung hiburan.

Demikian pula Kamiya yang mencoba untuk mengajarkan filosofi komedi kepada Tokunaga.

Pertemuan demi pertemuan semakin mendekatkan keduanya. Kento yang muda dengan mudahnya terbius oleh kata-kata Kamiya yang baginya merupakan sosok genius.

Meski kerap tak bisa memahami Kamiya, Tokunaga seolah tak pernah bisa lepas dari Kamiya yang sesungguhnya kerap datang dan pergi dari hidup Tokunaga.

Di satu sisi, Tokunaga terus membangun impiannya menjadi komedian terkenal bersama rekannya yang tergabung dalam Sparks, yaitu Yamashita (Masao Yoshii).

Mereka berlatih tanpa kenal lelah, terus mencari materi lawakan yang, menurut mereka, akan mampu menuai tawa di panggung-panggung audisi yang mereka ikuti.

Nyatanya tak mudah. Berpuluh-puluh kali mereka tampil dan mengikuti audisi, berpuluh-puluh kali pula mereka ditolak.

Nasib baik seolah telah meninggalkan mereka, sepahit hidup yang mereka jalani setiap hari: tinggal di kontrakan kumuh hingga kehilangan pekerjaan.

Menyaksikan serial "Hibana", banyak gambar muram yang akan membuat penonton merasakan pekatnya hidup para komedian manzai.

Panggung komedi nyatanya tak selalu riuh oleh tawa dan justru penuh drama yang kerap menguras emosi.

Nilai universal
Dalam wawancara bersama bintang-bintang "Hibana", Kento mengatakan, "Hibana" adalah kisah tentang seorang komedian yang begitu sulit menggapai popularitas.

Segala daya upaya telah dilakukan, nyatanya mereka terus-terusan gagal.

"Meski begitu, 'Hibana' tak melulu berkisah tentang kepedihan. Ada pesan yang ingin disampaikan.

Bahwa meski berulang kali gagal, setiap orang selalu punya kesempatan memperbaiki setiap kesalahan yang telah diperbuat. Intinya, jangan pernah menyerah," papar Kento.

Dengan nilai universal yang diangkat serial tersebut, termasuk di dalamnya nilai tentang persahabatan, Kento yakin "Hibana" akan mudah diterima di negara lain.

Melalui "Hibana" yang menyajikan wajah Jepang dengan segala tradisi dan kekhasannya, Kento berharap akan membuat penonton dari belahan dunia berbeda mengenal Jepang lebih dekat lagi. (Dwi AS Setianingsih)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 15 Mei 2016, di halaman 25 dengan judul "Ironi Komedi dalam "Hibana"".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com